Rabu, 14 Desember 2011

Laporan Job Training PerumPerhutani Unit III Jawa Barat dan Banten


BAB I
PENDAHULUAN

1.1.            Latar Belakang
Pelaksanaan Job Training merupakan sebagai kegiatan akademis dalam mengaplikasikan pengetahuan teori ilmu komunikasi hubungan masyarakat, yang telah termuat dalam berbagai mata kuliah yang terkait dengan kemampuan praktis dan teknis sesuai dengan sub program studi Ilmu Komunikasi Hubungan Masyarakat, dan diimplementasikan di setiap kegiatan praktek lapangan sehingga mempermudah mahasiswa ketika di tempatkan dalam dunia pekerjaan yang sebenarnya.
Teori yang telah didapatkan dalam setiap pertemuan baik secara tatap muka maupun praktek simulasi di dalam kelas atau di lapangan merupakan teori tentang ilmu komunikasi, pengantar hubungan masyarakat, Public Relations Writing, hubungan internal dan eksternal, serta teori-teori yang mencakup tentang program bidang study Hubungan Masyarakat. Teori tersebut merupakan bekal awal atau referensi mahasiswa dalam melaksanakan Job Training.
Dalam pelaksanaan kegiatan Job Training, mahasiswa diharuskan ikut andil secara penuh dalam melaksanakan semua aktivitas selama kegiatan dimana ia ditempatkan. Sehingga akan menghasilkan kesinambungan antara praktek serta aplikasi teori yang telah didapatkan selama dibangku perkuliahan.
Tugas humas dalam sebuah perusahaan adalah sebagai penanggungjawab dalam penyelenggaraan proses komunikasi. Dimana proses komunikasi yang dilakukan oleh humas ini berhubungan langsung dengan public internal dan eksternal perusahaan, sehingga berdampak langsung dengan pembentukan citra perusahaan (Coorporate Image) yang positif, hubungan yang harmonis antara perusahaan dengan publiknya serta pembentukan opini-opini public.
Perusahaan Umum Perhutani unit III Jawa Barat dan Banten membentuk lembaga Humas yang bersasaran pada tercapainya citra baik perusahaan, sehingga pada perkembangan selanjutnya sesuai dengan keputusan Menteri Kehutanan no. 141/Kpts-II/1996 tentang pola Humas Departemen Kehutanan dinyatakan pada pasal 4 ayat (1) bahwa kegiatan Humas pada dasarnya merupakan fungsi pimpinan, atau dengan kata lain “setiap pemimpin adalah pejabat humas”.
Kegiatan Humas di Perum Perhutani adalah kegiatan penciptaan pemahaman melalui pengetahuan dan penyampaian informasi mengenai program dan hasil kegiatan perusahaan kepada masyarakat serta menilai pendapat masyarakat sebagai umpan balik bagi perumusan dan penyempurnaan kebijakan perusahaan. Selain itu juga kegiatan Humas di Perum Perhutani adalah menjaga hubungan baik dengan media massa sebagai media informasi kepada public baik melalui media cetak atau elektronik.
Pemaparan kinerja Humas Perum Perhutani di atas merupakan suatu kepaduan antara sebuah teori tentang kehumasan dalam suatu lembaga serta praktek dan aplikasi teori tersebut dilapangan. Dalam prakteknya tentu tidak semudah dengan penyampaian teori dalam kelas saat perkuliahan atau pun saat seminar dan diskusi-diskusi yang sering dilakukan oleh para mahasiswa. Akan tetapi untuk lebih memahami teori tentang kehumasan maka perlu dibuktikan dengan langsung terjun ke lapangan.
Maka dari itu penulis mencoba memberanikan diri untuk membuktikan serta mengaplikasikan teori kehumasan dalam kegiatan Job Training di Divisi Humas Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten. Sebagai evaluasi penulis memahami tentang kegiatan kehumasan, maka penulis membuat laporan kegiatan Job Training selama satu bulan di Divisi Humas Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten.
Dalam penulisan laporan Job Training ini penulis memaparkan segala kegiatannya ketika magang atau bekerja sebagai petugas Humas di Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten.   

1.2.            Tujuan
Tujuan pelaksanaan Job Training dan pembuatan laporan Job Training ini adalah
1.      Sebagai aplikasi teori yang telah didapatkan oleh mahasiswa.
2.      Evaluasi kegiatan dalam bentuk laporan secara tertulis.
3.      Memahami tentang kagiatan kehumasan di sebuah lembaga atau perusahaan.
4.      Mempersiapkan mahasiswa dalam dunia kerja yang sesungguhnya.

1.3.            Tempat dan Waktu    
Tempat pelaksanaan Job Training adalah di Divisi Humas Perusahaan Umum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten, Jl. Soekarno Hatta No. 628, 40235dan Divisi Humas Kelompok Pemangku Hutan Bandung Selatan Jl. Cirebon No 4
Bandung Telp 022 7208310 Fax 022 7231239  
Waktu pelaksanaan Job Training dimulai pada tanggal  4 Juli 2011 sampai dengan 29 Juli 2011
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini menjelaskan tentang tinjauan pustaka yang menjadi landasan-lanadasan teoritis dalam pelaksanaan kegiatan Job Training. Yakni teori komunikasi secara umum serta teori mengenai profesi kehumasan.
2.1.            Tinjauan Tentang Komunikasi
2.1.1.            Definisi Komunikasi
Kata “komunikasi” berasal dari bahasa Latin, “comunis”, yang berarti membuat kebersamaan atau membangun kebersamaan antara dua orang atau lebih. Akar katanya “communis” adalah “communico” yang artinya berbagi (Stuart,1983, dalam Vardiansyah, 2004 : 3).
Pawito dan C Sardjono (1994 : 12) mencoba mendefinisikan komunikasi sebagai suatu proses dengan mana suatu pesan dipindahkan atau dioperkan (lewat suatu saluran) dari suatu sumber kepada penerima dengan maksud mengubah perilaku, perubahan dalam pengetahuan, sikap dan atau perilaku overt lainnya. Sekurang-kurangnya didapati empat unsur utama dalam model komunikasi yaitu sumber (the source), pesan (the message), saluran (the channel) dan penerima (the receiver).
Komunikasi adalah proses dimana seseorang individu atau komunikator menyampaikan stimulan biasanya dengan lambang-lambang bahasa (verbal maupun non verbal) untuk mengubah tingkah laku orang lain. Menurut  Carl I. Hovland
Komunikasi adalah proses sosial, dalam arti pelemparan pesan/lambang yang mana mau tidak mau akan menumbuhkan pengaruh pada semua proses dan berakibat pada bentuk perilaku manusia dan adat kebiasaan. William Albig
Komunikasi adalah proses penyamipan pesan antara komunikator dengan komunikan melalui media tertentu untuk menghasilkan efek atau timbal balik diantara peserta komunikasi.
Dari uraian definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa Ilmu komunikasi adalah sebuah disiplin ilmu yang membahas tentang bagaimana proses penyampaian pesan yang dilakukan dalam berinteraksi antar manusia. Dimana proses penyampaian pesan ini dilakukan dengan menggunakan media agar mendapatkan timbal balik yang sesuai dengan keinginan para peserta komunikasi, sehingga dapat merubah perilaku manusia dan adat kebiasaan.
2.1.2.            Model Komunikasi
a.      Kumunikasi Sebagai Aksi: Model Linier
Model Linier ini merupakan deskripsi dari Claude Shannon (seorang ilmuwan Bell Laboratories dan profesor di Massachusetts Institute of Technology) dan Warren Weaver (seorang konsultan pada sebuah proyek di Sloan Foundation). Mereka berdua pandangan satu arah mengenai komunikasi yang berasumsi bahwa pesan dikirimkan oleh suatu sumber melalui penerima melalui saluran. Sumber dari tersebut bisa berupa asal ataupun pengirim pesan. Sedangkan pesan yang dikirim  dapat berupa kata-kata, suara, tindakan, atau gerak-gerik dalam sebuah interaksi. Komunikasi model linier ini juga melibatkan gangguan (noise) yang merupakan hal yang tidak dimaksudkan oleh sumber informasi. Ada 4 jenis gangguan pada model komunikasi liner ini, yaitu: gangguan semantik, gangguan fisik (eksternal), gangguan psikologis, dan gangguan fisiologis.

Gambar 2.1.
Model  Komunikasi Linier

b.      Komunikasi Sebagai Interaksi: Model Interaksional
Model komunikasi interaksional ini dikemukakan oleh Wilbur Schramm. Bila dalam model komunikasi linier, seseorang hanyalah berperan sebagai pengirim atau penerima, maka pada model komunikasi interaksional ini juga mengamati hubungan antara seorang pengirim dan penerima. Model komunikasi ini menekankan proses komunikasi dua arah diantara para komunikator. Dengan kata lain, komunikasi berlangsung dua arah: dari pengirim kepada penerima dan dari penerima kepada pengirim. Proses melingkar ini menunjukkan bahwa komunikasi selalu berlangsung. Pandangan interaksional mengilustrasikan bahwa seseorang dapat menjadi baik pengirim maupun penerima dalam sebuah interaksi, tetapi tidak dapat menjadi keduanya sekaligus.

Gambar 2.2
Model Interaksional

2.1.3.            Fungsi Komunikasi
Menurut William I. Gorden komunikasi memiliki 4 fungsi yakni fungsi komunikasi sebagai komunikasi sosial, sebagai komunikasi ekspresif, sebagai komunikasi ritual, dan komunikasi instrumental. Menurutnya, fungsi komunikasi tampaknya tidak sama sekali independen, melainkan juga berkaitan dengan fungsi-fungsi lainnya, meskipun terdapat suatu fungsi yang dominan.
a.      Komunikasi Sosial
Fungsi komunikasi sebagai komunikasi sosial setidaknya mengisyaratkan bahwa komunikasi penting untuk membangun konsep diri kita, aktualisasi diri, untuk kelangsungan hidup, untuk memperoleh kebahagiaan, terhindar dari tekanan dan ketegangan, antara lain lewat komunikasi yang menghibur, dan memupuk hubungan dengan orang lain. Melalui komunikasi kita bekerja sama dengan anggota masyarakat lainnya (keluarga, kelompok belajar, kelompok tempat tinggal, dan negara secara keseluruhan) untuk mencapai tujuan bersama.
b.      Komunikasi Ekspresif
Erat kaitannya dengan komunikasi sosial adalah komunikasi ekspresif. Fungsi komunikasi ekspresif adalah untuk menyatakan ekspresi dari seseorang ketika ia melakukan proses komunikasi. Komunikasi ekspresif tidak otomatis bertujuan mempengaruhi orang lain, namun dapat dilakukan sejauh komunikasi tersebut menjadi instrumen untuk menyatakan perasaan (emosi) kita. Perasaan tersebut dikomunikasikan terutama melalui pesan-pesan nonverbal.
c.       Komunikasi Ritual
Erat kaitannya dengan komunikasi ekspresif adalah komunikasi ritual, yang biasanya dilakukan secara kolektif. Suatu komunitas sering melakukan upacara-upacara berlainan sepanjang tahun dan sepanjang hidup, yang disebut para antropolog sebagai rites of passage. Dalam acara-acara itu orang mengucapkan kata-kata atau menampilkan perilaku-perilaku simbolik. Mereka yang berpartisipasi dalam bentuk komunikasi ritual tersebut menegaskan kembali komitmen kepada tradisi keluarga, komunitas, suku, bangsa, negara, ideologi, atau agama.
d.      Komunikasi Instrumen
Komunikasi instrumental mempunyai beberapa tujuan umum : menginformasikan, mengajar, mendorong, mengubah sikap dan keyakinan, dan mengubah perilaku atau menggerakan tindakan, dan juga menghibur. Bila diringkas, maka kesemua tujuan tersebut dapat disebut membujuk (bersifat persuasif). Sebagai instrumen, komunikasi tidak saja kita gunakan untuk menciptakan atau membangun hubungan, namun juga untuk menghancurkan hubungan tersebut.
2.2.            Tinjauan Tentang Humas
2.1.1.            Definisi Humas
      Pada dasarnya, humas (hubungan masyarakat) merupakan bidang atau fungsi tertentu yang diperlukan oleh setiap organisasi, baik itu organisasi yang bersifat komersial (perusahaan) maupun organisasi yang nonkomersial. Mulai dari yayasan, perguruan tinggi, dinas militer, sampai dengan lembaga-lembaga pemerintah, bahkan pesantren pun memerlukan humas. Kebutuhan akan kehadirannya tidak bisa dicegah, terlepas dari kata menyukai atau tidak, karena humas merupakan salah satu elemen yang menentukan kelangsungan suatu organisasi secara positif. Arti penting humas sebagai sumber informasi terpecaya kian terasa pada era globalisasi dan banjir informasi seperti saat ini.
      Karena begitu banyaknya definisi yang berkembang dari banyak tokoh, maka para praktisi public relations / humas yang berasal dari berbagai negara 23 di dunia, yang tergabung dalam “The International Public Relations Association” menarik kesimpulan mengenai definisi tersebut. Dimana definisi terebut diharapkan dapat diterapkan dan dipraktekkan secara bersama-sama. Defenisinya adalah sebagai berikut :
“Hubungan Masyarakat adalah fungsi manajemen dari sikap budi yang berencana dan berkesinambungan, yang dengan itu organisasi-organisasi dan lembaga-lembaga yang bersifat umum dan pribadi berupaya membina pengertian, simpati, dan dukungan dari mereka yang ada kaitannya atau yang mungkin ada hubungannya dengan jalan menilai pendapat umum diantara mereka, untuk mengorelasikan, sedapat mungkin, kebijaksanaan dan tata cara mereka, yang dengan informasi yang berencana dan tersebar luas, mencapai kerjasama yang lebih produktif dan pemenuhan kepentingan bersama yang lebih efisien”.
Definisi yang dikemukakan oleh para ahli tersebut dapat dikatakan sebagai definisi yang lengkap, karena mengandung semua unsur / faktor yang memang sudah seharusnya ada dalam humas. (Anggoro, 2008:1-2)

2.1.2.            Ciri Humas
      Ciri adalah tanda yang khas untuk mengenal dan mengetahui. Fungsi atau dalam bahasa Inggris disebut dengan function, bersumber pada perkataan bahasa latin, function yang berarti penampilan, pembuatan pelaksanaan, atau kegiatan.
      Dalam kaitannya dengan humas, maka humas dalam suatu organisasi dikatakan berfungsi apabila humas itu menunjukan kegiatan yang jelas, yang dapat dibedakan dari kegiatan lainnya. Berfungsi atau tidaknya humas dalam sebuah organisasi dapat diketahui dari ada tidaknya kegiatan yang menunjukan ciri-cirinya. Ciri-ciri tersebut sebenarnya secara implicit telah 24  diterangkan dimuka tetapi untuk memperoleh kejelasan mengenai fungsi humas, ada baiknya kiranya apabila cirri-ciri tersebut secara gamblang ditegaskan, seperti yang dikemukakan oleh Onong Uchjana Effendy:
1.         Komunikasi yang dilancarkan berlangsung dua arah secara timbal-balik.
2.         Kegiatan yang dilakukan terdiri dari penyebaran informasi, penggiatan persuasi, dan pengkajian pendapat umum.
3.         Tujuan yang hendak dicapai adalah tujuan organisasi tempat humas menginduk.
4.         Sasaran yang dituju adalah khalayak didalam organisasi dan khalayak diluar organisasi.
5.         Efek yang diharapkan adalah terbinanya hubungan yang harmonis antara organisasi dan khalayak. (Effendy, 2009:132)

2.1.3.            Fungsi Humas
      Humas, sebagai ujung tombak suatu organisasi / perusahaan memiliki bemacam-macam dan sangat kompleks. Dimana fungsi tersebut secara umum adalah sama antara humas di suatu organisasi / perusahaan dengan organisasi / perusahaan lainnya. Hanya saja akan berbeda dalam pelaksanaannya di lapangan, karena disesuaikan dengan tujuan dari organisasi tersebut.
      Fungsi humas menurut Scott M. Cutlip dan Allen Center, sebagaimana tercantum dalam bukunya “Effective Public Relations”, adalah sebagai berikut:
Memudahkan dan menjamin arus opini yang bersifat mewakili dari public-public suatu organisasi, sehingga kebijaksanaan beserta operasionalisasi organisasi dapat diperlihara keserasiannya dengan ragam kebutuhan dan pandangan public- public tersebut. b) Menasehati management mengenai jalan dan cara menyusun kebijaksanaan dan operasionalisasi organisasi untuk dapat diterima secara maksimal oleh public. c) Merencanakan dan melaksanakan program-program yang dapat menimbulkan penafsiran yang menyenangkan terhadap kebijaksanaan dan operasionalisasi organisasi. (Cutlip&Center,2009:11).

2.1.4.            Fungsi Manajemen
      Dalam manajemen, manusia merupakan strategic component atau komponen strategis karena peranannya sangat penting. Manajemen dewasa ini lebih cenderung mengandung filsafat people centered, yakni bahwa dalam manajemen, manusia bukan pelaksana atau alat produksi semata-mata, melainkan faktor penunjang dan pendorong dalam mencapai tujuan karena pada hakikatnya ia adalah insan yang berkepribadian, berakal, berperasaan, berkemampuan, dan bercita-cita. Sasaran hubungan masyarakat adalah sasaran komunikasi manajemen. Dalam  usaha mencapai tujuan manajemen secara efektif, manusia-manusia yang menjadi sasaran hubungan masyarakat dibagi menjadi dua kelompok besar, disebut khalayak dalam dan khalayak luar. Khalayak dalam (intern public) adalah khalayak yang bergiat didalam organisasi yang pada umumnya merupakan karyawan, sedangkan khalayak luar (external public) adalah mereka yang berada diluar organisasi, tetapi ada hubungannya dengan organisasi. (Onong Uchjana Effendy, 2009:135)

1.            Hubungan ke Dalam ( Internal Public Relations )
Hubungan kedalam pada umumnya adalah hubungan dengan para karyawan. Yang dimaksud dengan karyawan disini ialah semua pekerja, baik pekerja halus yang berpakaian bersih diruang kantor yang serba bersih pula maupun bekerja kasar seperti sopir atau pesuruh. Dengan senantiasa berkomunikasi dengan mereka akan diketahui sikap, pendapat, kesulitan, keinginan, perasaan dan harapanya.
Sebagai wakil organisasi, kepala humas harus menciptakan dan selanjutnya membina komunikasi dua arah, baik secara vertikal maupun horizontal. Secara vertikal disatu pihak ia menyebarkan informasi seluas-luasnya kepada karyawan, dilain pihak ia menampung segala keluhan, tanggapan, keinginan para karyawan, kemudian menyampaikannya kepada pimpinan organisasi untuk memecahkan segala permasalahannya. Ia bertindak sebagai mediator. Dalam melaksanakan kegiatan komunikasi ke bawah (downward communication), informasi dapat dilakukan dengan mengadakan rapat, memasang pengumuman, menerbitkan majalah intern, dan sebagainya.
Dalam rangka membina komunikasi ke atas (upward communication) untuk mengetahui opini para karyawan dapat dilakukan dengan mengadakan pertemuan untuk menampung pendapat, mengadakan rubrik khusus dalam majalah intern, mengadakan kotak saran untuk menampung saran-saran bagi kepentingan organisasi dan kepentingan karyawan.

2.            Hubungan ke Luar ( External Public Relations )
Hubungan keluar atau bisa disebut external public relations, dilakukan dengan khalayak diluar organisasi. Khalayak mana yang harus menjadi sasaran pembinaan hubungan bergantung pada sifat dan ruang lingkup organisasi itu sendiri. Relasi perusahaan tidak akan sama benar dengan relasi jawatan pemerintah atau instansi militer. Meskipun demikian, ada beberapa khalayak yang sama-sama menjadi sasaran kegiatan semua organisasi sehingga harus senantiasa menjalin hubungan yang tetapi, yakni hubungan dengan masyarakat sekitar (community relations), hubungan dengan jawatan pemerintah (goverment relations), hubungan dengan pers (press relations).
Seperti halnya dengan community relations dan goverment relations, dalam rangka membina press relations dapat dilakukan kegiatan yang sama seperti mengadakan anjang sana kepada staf redaksi, mengucapkan selamat jika sebuah media massa berulang tahun, mengucapkan bela sungkawa jika ada wartawan yang mendapatkan musibah, mengajak para wartawan mengadakan pertandingan olah raga, atau sama-sama berdarmawisata sehingga menjadi akrab denga mereka.

2.1.5.            Tujuan dan Sasaran Humas

      Dalam melaksanakan kegiatannya, humas memiliki tujuan yang sesuai dengan tujuan dari suatu organisasi / perusahaan. Maka dari itu dikatakan bahwa tujuan sentral humas yang akan dicapai adalah tujuan organisasi, sebab humas dibentuk atau digiatkan guna menunjang management yang berupaya mencapai tujuan organisasi. Tujuan organisasi yang diperjuangkan oleh manajemen dan ditunjang oleh humas itu bergantung pada sifat organisasi. Tujuan organisasi dalam bentuk perusahaan berbeda dengan organisasi yang berbentuk universitas, berbeda pula dengan organisasi yang berbentuk pemerintahan, dan sebagainya. Sehingga kegiatan yang dilakukan pun akan berbeda satu sama lain, bergantung pada sifat organisasinya dan apa tujuan dari organisasi tersebut.
      Sebagai contoh, organisasi yang berbentuk perusahaan cenderung memiliki tujuan untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya dari produk barang / jasa yang mereka tawarkan. Sehingga tujuan humasnya pun adalah menunjang perusahaan tersebut dalam mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya. Antara lain dengan mengadakan bazaar, ataupun dengan mengadakan sayembara berhadiah. Sifat humas disini hampir serupa dengan marketing, namun humas memiliki tanggungjawab lebih kompleks lagi. Antara lain menjaga hubungan baik yang telah terjalin dengan pelanggan tetap misalnya, dengan distributor, maupun dengan para karyawan (kegiatan corporate). (Anggoro, 2008:18) 29

2.3.             Tinjauan Tentang Peranan
Peranan di dalam Kamus Bahasa Indonesia adalah “tindakan yang dilakukan oleh seseorang dalam suatu peristiwa” (Kamus Besar Bahasa Indonesia 2002:75).
Menurut Onong Uchajana Effendy, dalam kamus komunikasi Peranan adalah suatu yang menjadi bagian atau yang memegang pimpinan secara menonjol dalam suatu peristiwa (Effendy 1986:135).

Peranan humas dalam suatu organisasi menurut Dozier & Broom (1995:531) dibagi menjadi 4 kategori, yaitu :
1.                  Expert Prescribert
Ahli humas yang berpengalaman dan memiliki kemampuan tinggi dapat membantu untuk mencari solusi dalam menyelesaikan masalah dengan publiknya (public relationship).
2.                  Communication Fasilitator
Humas bertindak sebagai komunikator atau mediator untuk membantu pihak manajemen dalam hal untuk mendengar apa yang diinginkan oleh publiknya dari organisasi bersangkutan sekaligus harus mampu menjelaskan kembali keinginan, kebijakan dan harapan organisasi kepada publiknya.
3.                  Problem Solving Process Fasilitator
Dalam hal proses pemecahan persoalan humas ini, merupakan bagian tim manajemen untuk membantu pimpinan organisasi baik sebagai penasehat (adviser) hingga mengambil tindakan eksekusi (keputusan) dalam mengatasi persoalan atau krisis yang sedang dihadapi secara rasional dan professional. 30
4.                  Communication Technican
Berbeda dengan ketiga peranan humas professional sebelumnya yang terkait erat dengan fungsi dan peranan manajemen organisasi sedangkan dalam communication technican ini sebagai journalist resident yang hanya menyediakan layanan teknis komunikasi atau dikenal dengan mhetod of communications in organization. (Dozier & Broom, 1995:531)

2.4.            Tinjauan Tentang Citra
Keinginan sebuah organisasi untuk mempunyai citra yang baik pada public sasaran berawal dari pengertian yang tepat mengenai citra sebagai stimulus adanya pengelolaan upaya yang perlu dilaksanakan. Ketepatan pengertian citra agar organisasi dapat menetapkan upaya dalam mewujudkanya pada obyek dan mendorong prioritas pelaksanaan.
Sutisna mengemukakan, “Citra adalah total persepsi terhadap suatu obyek yang dibentuk dengan memproses informasi dari berbagai sumber setiap waktu” (2001:83). Citra didefinisikan Buchari Alma sebagai, “Kesan yang diperoleh sesuai dengan pengetahuan dan pengalaman seseorang tentang sesuatu” (2002:317). Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, citra menunjukan kesan suatu obyek terhadap objek lain yang terbentuk dengan memproses informasi setiap waktu dari berbagai sumber terpecaya. Terdapat tiga hal penting dalam citra, yaitu : kesan obyek, proses terbentuknya citra, dan sumber terpercaya. Obyek meliputi individu maupun perusahaan yang terdiri dari sekelompok orang didalamnya.
Citra dapat terbentuk dengan memproses informasi yang tidak menutup kemungkinan terjadinya perubahan citra pada objek daro adanya penerimaan informasi setiap waktu. Besarnya kepercayaan obyek terhadap sumber informasi memberikan dasar penerimaan atau penolakan informasi. Sumber informasi dapat berasal dari perusahaan secara langsung dan atau pihak-pihak lain secara tidak langsung. Citra perusahaan menunjukan kesan obyek terhadap perusahaan yang terbentuk dengan memproses informasi setiap waktu dari berbagai sumber terpecaya.
Keberadaan citra perusahaan bersumber dari pengalaman dan atau upaya komunikasi sehingga penilaian maupun pengembangannya terjadi pada salah satu atau kedua hal tersebut. Citra perusahaan yang bersumber dari pengalaman memberikan gambaran telah terjadi keterlibatan antara konsumen dengan perusahaan. Keterlibatan tersebut, belum terjadi dalam citra perusahaan yang bersumber dari upaya komunikasi perusahaan.
Upaya perusahaan sebagai sumber informasi terbentuknya citra perusahaan memerlukan keberadaan secara lengkap. Informasi yang lengkap dimaksudkan sebagai informasi yang dapat menjawab kebutuhan dan keinginan obyek sasaran. Rhenald Kasali mengemukakan, “Pemahaman yang berasal dari suatu informasi yang tidak lengkap menghasilkan citra yang tidak sempurna” (Rhenald, 2003:28). Menurut Shirley Harrison (1995:71) informasi yang lengkap mengenai citra perusahaan meliputi empat elemen sebagai berikut :
1. Personality
Keseluruhan karakteristik perusahaan yang dipahami public sasaran seperti perusahaan yang dapat dipercaya, perusahaan yang mempunyai tanggung jawab sosial.
2. Reputation
Hal yang telah dilakukan perusahaan dan diyakini public sasaran berdasarkan pengalaman sendiri maupun pihak lain seperti kinerja keamanan transaksi sebuah bank.
3. Value
Nilai-nilai yang dimiliki suatu perusahaan dengan kata lain budaya perusahaan seperti sikap manajemen yang peduli terhadap pelanggan, karyawan yang cepat tanggap terhadap permintaan maupun keluhan pelanggan.
4. Corporate Identity
Komponen-komponen yang mempermudah pengenalan public sasaran terhadap perusahaan seperti logo, warna, dan slogan.

2.4.1.              Jenis-jenis Citra
      Image atau Citra didefinisikan sebagai a picture of mind, yaitu suatu gambaran yang ada di dalam benak seseorang. Citra dapat berubah menjadi buruk atau negatif, apabila kemudian ternyata tidak didukung oleh kemampuan atau keadaan yang sebenarnya.
      Praktisi humas senantiasa dihadapkan pada tantangan dan harus menangani berbagai macam fakta yang sebenarnya, terlepas dari apakah fakta itu hitam, putih, atau abu-abu. Perkembangan komunikasi tidak memungkinkan lagi bagi suatu organisasi untuk menutup-nutupi suatu fakta. Oleh karena itu, para personelnya kini jauh lebih dituntut untuk mampu menjadikan orang-orang lain memahami sesuatu pesan, demi menjaga reputasi atau citra lembaga atau perusahaan yang diwakilinya.
      Didalam bukunya Teori dan Profesi Kehumasan, M. Linggar Anggoro mengemukakan jenis-jenis citra, antara lain:
1. Citra Bayangan (the mirror image)
Citra ini melekat pada orang dalam atau anggota-anggota organisasi mengenai anggapan pihak luar tentang organisasinya. Dalam kalimat lain, citra bayangan adalah citra yang dianut oleh orang dalam mengenai pandangan luar terhadap organisasinya. Citra ini seringkali tidaklah tepat, bahkan hanya sekedar ilusi, sebagai akibat dari tidak memadainya informasi, pengetahuan ataupun pemahaman yang dimiliki oleh kalangan dalam organisasi itu mengenai pendapat atau pandangan pihak-pihak luar. Citra ini cenderung positif, bahkan terlalu positif, karena kita biasa membayangkan hal yang serba hebat mengenai diri sendiri sehingga kita pun percaya bahwa orang lain juga memiliki pandangan yang tidak kalah hebatnya atas diri kita.
2. Citra yang Berlaku
Kebalikan dari citra bayangan, citra yang berlaku ini adalah suatu citra atau pandangan yang melekat pada pihak-pihak luar mengenai suatu organisasi. Namun sama halnya dengan citra bayangan, citra yang berlaku tidak selamanya, bahkan jarang, sesuai dengan kenyataan karena semata-mata terbentuk dari pengalaman atau pengetahuan orang-orang luar yang bersangkutan yang biasanya tidak memadai. Biasanya pula, citra ini cenderung negatif. Citra ini amat ditentukan oleh banyak-sedikitnya informasi yang dimiliki penganut atau mereka yang mempercayainya. Dalam dunia yang serba sibuk, sulit diharapkan mereka akan memiliki informasi yang memadai dan benar mengenai suatu organisasi dimana mereka tidak menjadi anggotanya.
3. Citra Harapan
Citra harapan adalah suatu citra yang diinginkan oleh pihak manajemen. Citra ini juga tidak sama dengan citra yang sebenarnya. Biasanya citra harapan lebih baik atau lebih menyenangkan daripada citra yang ada, walaupun dalam kondisi tertentu citra yang berlaku baik juga bisa merepotkan. Namun secara umum, yang disebut sebagai citra harapan itu memang sesuatu yang berkonotasi lebih baik. Citra harapan itu biasanya dirumuskan dan diperjuangkan untuk menyambut sesuatu yang relatif baru, yakni ketika khalayak belum memiliki informasi yang memadai.
4. Citra Perusahaan
Apa yang dimaksud dengan citra perusahaan (ada pula yang menyebutnya sebagai citra lembaga) adalah citra dari suatu organisasi secara keseluruhan, jadi bukan citra atas produk dan pelayanannya saja. Citra perusahaan ini terbentuk oleh banyak hal. Hal-hal positif yang dapat meningkatkan citra suatu perusahaan antara lain adalah sejarah atau riwayat hidup perusahaan yang gemilang, keberhasilan-keberhasilan dibidang keuangan yang pernah diraihnya, sukses ekspor, hubungan industri yang baik, reputasi sebagai pencipta lapangan kerja dalam jumlah yang besar, kesediaan turut memikul tanggung jawab sosial, komitmen mengadakan riset, dan sebagainya. Suatu citra perusahaan yang positif jelas menunjang usaha humas keuangan.
5. Citra Majemuk
Setiap perusahaan atau organisasi pasti memiliki banyak unit dan pegawai (anggota). Masing-masing unit dan individu tersebut memiliki perangai dan perilaku tersendiri. Sehingga secara sengaja atau tidak mereka pasti memunculkan suatu citra yang belum tentu sama dengan citra organisasi atau perusahaan secara keseluruhan. Jumlah citra yang dimiliki suatu perusahaan boleh dikatakan sama banyaknya dengan jumlah pegawai yang dimilikinya. Untuk menghindari berbagai hal yang tidak diinginkan, variasi citra harus ditekan seminim mungkin dan citra perusahaan secara keseluruhan harus ditegakkan. (Anggoro, 2008:59-70)

2.4.2.            Penggambaran Citra
      Menurut Nimoeno citra itu sendiri digambarkan melalui persepsi-kognisi-motivasi-sikap. Proses-proses psikodinamis yang berlangsung pada individu konsumen berkisar antara komponen-komponen persepsi, kognisi, motivasi dan sikap konsumen terhadap produk. Keempat komponen itu diartikan sebagai mental representation (citra) dari stimulus. Empat komponen tersebut dapat diartikan sebagai berikut :
1. Persepsi. Diartikan sebagai hasil pengamatan terhadap unsur lingkungan yang dikaitkan dengan suatu proses pemaknaan. Dengan kata lain, individu akan memberikan makna terhadap rangsang berdasarkan pengalamannya mengenai rangsang. Kemampuan mempersepsi itulah yang dapat melanjutkan proses pembentukan citra.
2. Kognisi. Yaitu suatu keyakinan diri individu terhadap stimulus. Keyakinan ini akan timbul apabila individu telah mengerti rangsang tersebut, sehingga individu harus diberikan informasi-informasi yang cukup yang dapat mempengaruhi perkembangan informasinya.
3. Motif. Adalah keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai tujuan.
4. Sikap. Adalah kecenderungan bertindak, berpersepsi, berpikir dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi atau nilai. Sikap bukan perilaku, tetapi merupakan kecenderungan untuk berperilaku dengan cara-cara tertentu. (Soemirat, 2005;115-116)
      Seperti telah disinggung diatas, seorang tokoh populer (public figure) senantiasa menyandang reputasi yang baik dan sekaligus yang buruk. Kedua macam citra bersumber dari adanya citra-citra yang berlaku (current image) yang bersifat negatif dan postif. Sebelumnya juga sudah disebutkan bahwa citra humas yang ideal adalah kesan yang benar, yakni sepenuhnya berdasarkan pengalaman, pengetahuan, serta pemahaman atas kenyataan yang sesungguhnya. Itu berarti citra tidak seyogianya “dipoles agar lebih indah dari warna aslinya”, karena hal itu justru dapat mengacaukannya. Suatu citra yang sesungguhnya bisa dimunculkan kapan saja, tremasuk ditengah terjadinya musibah atau sesuatu yang buruk. Caranya adalah dengan menjelaskan secara jujur apa yang menjadi penyebabnya, baik itu informasi yang salah atau suatu perilaku yang keliru.
      Pemolesan citra (yang tidak sesuai dengan fakta yang ada) pada dasarnya tidak sesuai dengan hakikat humas itu sendiri. Kalangan manajemen dan pemasaran, yakni mereka yang sering membeli dan menyalahgunakan humas sehingga merusakkan nama baik dunia kehumasan. Acap kali memiliki suatu pemikiran yang keliru bahwasannya pemolesan citra itu merupakan suatu usaha yang sah-sah saja. Tentu saja hal ini tidak bisa dibenarkan. Dalam rangka menegakkan kredibilitas humas maka segala macam usaha pemolesan citra harus dihindari. Kalaupun ada keuntungan jangka pendeknya maka itu tidak ada artinya dibandingkan dengan kerugian jangka panjang yang akan ditimbulkannya. 
      Hal ini perlu disadari mengingat media massa cenderung mencurigai humas. Mereka senantiasa begitu kritis untuk memastikan bahwa keterangan-keterangan humas yang mereka terima memang benar dan sama sekali bebas polesan. Jadi, kita tidak bisa membenarkan praktek yang sering dilakukan oleh sementara agen periklanan yang dilandaskan pada pemikiran keliru bahwa usaha memoles citra perusahaan “demi kepentingan klien” adalah wajar-wajar saja. Praktisi humas yang sejati tidak akan memiliki pemikiran seperti itu. (Anggoro, 2008:69-70)

2.5.            Tinjauan Tentang Penerangan
Penerangan artinya menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah “Proses atau cara perbuatan menerangkan atau memberikan penjelasan terhadap sesuatu hal”. Penerangan biasanya diidentikan dengan orang yang biasanya "cuap-cuap" dengan mikropon sedang memberikan ceramah atau informasi, sehinga sering kita dengar di masyarakat istilah Jupen (juru penerang) yang pada waktu itu merupakan tugas dari departemen penerangan, dimana profesi ini dianggap tidak semua orang bisa menanganinya, karena harus mempunyai kualifikasi tertentu (kompetensi), juga harus punya bakat dalam mengeksplore informasi agar mudah diterima atau dicerna publik (masyarakat).
Seiring perkembangan waktu istilah juru penerangan mulai jarang terdengar apalagi sejak Departemen Penerangan dilikuidasi pada masa Presiden Gus Dur. Setelah itu muncul istilah "Humas" (hubungan masyarakat) yang terdapat pada lembaga-lembaga pemerintah. Humas disini mempunyai tugas atau fungsi sebagai jembatan penghubung antara institusi atau lembaga yang diwakili dengan masyarakat (publik), tugas humas adalah menciptakan citra positif tentang sesuatu, apakah produk, apakah lembaga, apakah manusia untuk menciptakan sebuah opini yang baik (to create a favorable opinion) tanpa mempertimbangkan apakah produk/lembaga/manusia itu benar-benar positif (Toeti Adhitama: 2003:1). Pada prinsipnya intinya sama antara Juru penerang, Humas dan PR yaitu sebagai jembatan penghubung antara institusi atau lembaga yang diwakili dengan khalayak atau masyarakat, hanya biasanya aplikasinya berbeda kalau Jupen/Humas biasanya dipakai oleh lembaga instansi pemerintah sedangkan PR biasanya lembaga swasta atau perusahaan, pada hakekatnya fungsinya sama yaitu:
a.       Memberikan penerangan kepada masyarakat.
b.      Melakukan persuasi untuk mengubah sikap dan perbuatan masyarakat secara langsung.
c.       Berupaya untuk mengintegrasikan sikap dan perbuatan suatu organisasi sesuai dengan sikap dan perbuatan masyarakat atau sebaliknya. Sehingga dapat ditarik kesimpulan tugas utama (Jupen/Humas/PR) adalah membuat/menciptakan citra yang baik suatu lembaga/instansi/perusahaan di benak persepsi masyarakat.

2.5.1.            Penerangan Merupakan Kegiatan Penggalangan
      Penerangan (information) atau penyebaran keterangan (berita) mempunyai tujuan memberikan perilaku kejelasan kepada pemirsa (audience). Bagaimanapun juga perilaku seseorang atau masyarakat akan terkena pada saat mendapatkan penerangan baru, jadi dapat dikatakan bahwa penerangan merupakan komunikasi yang disengaja (purposeful communication) dan penerangan dapat mempengaruhi perilaku baik individu maupun masyarakat. Penerangan sebenarnya bukan merupakan fungsi intelijen, tetapi kegiatan penerangan termasuk dalam katagori kegiatan penggalangan (pre Conditioning) dan penggalangan itu sendiri merupakan fungsi dari intellijen, sehingga bisa ditarik garis kesimpulan bahwa penerangan sebenarnya merupakan bagian kegiatan intellijen. Fungsi penggalangan intelijen terletak pada fungsi penerangan yang tugas utama menciptakan kondisi khalayak atau masyarakat agar terpengaruh dengan berita yang kita buat supaya mengikuti kehendak keinginan kita baik secara langsung maupun tidak, agar semua tindakan dan aktifitasnya mengikuti keinginan yang kita harapkan.
      Penerangan disini yang dimaksud bisa kita sama artikan dengan istilah "Propaganda" yang mempunyai pengertian adalah suatu kegiatan yang direncanakan (planned activity) yang dijabarkan dengan kata (word) atau tindakan (deed) atau kombinasi dari keduanya, yang mempunyai mak-sud mengubah suatu sikap (attitude) dengan tujuan mengubah tingkah laku (behavior) secara sukarela. Jadi tugas propaganda adalah mengubah tingkah laku sedangkan sasaran utama propaganda adalah sasaran keseluruhan, yakni untuk memperoleh keuntungan (profit), maka dapat dikatakan propaganda merupakan unsur utama operasi psykologi. Kegiatan propaganda mencakup semua kehidupan manusia (all work life) dengan istilah sekarang disebut Social Political Engenering, agar propaganda dapat berhasil dengan baik, propaganda harus bisa memanfaatkan kelemahan-kelemahan psikologi yang terdapat dalam suatu Negara, masyarakat, rakyat maupun perorangan. (Jono Hatmojo, 2003:135-136)

2.6.            Tinjauan Tentang Pesan
Pesan adalah perintah, nasehat, permintaan, amanat yang disampaikan lewat orang lain (Kamus Besar Bahasa Indonesia).
Karakteristik pesan jelas berdampak pada proses komunikasi, tetapi banyak ahli komunikasi sepakat bahwa “maknanya tergantung pada orang, bukan kata-kata pesannya”. Observasi ini menghasilkan kesimpulan bahwa orang berbeda yang menerima pesan yang sama mungkin akan menafsirkannya secara berbeda, memberikan makna yang beda, dan bereaksi dengan cara yang berbeda. Bagaimanapun juga, karakteristik pesan dapat menghasilkan efek yang kuat, walaupun mungkin tidak dapat diterangkan dengan penjelasan berdasarkan sebab akibat langsung dan sederhana. Seperti ditunjukan lewat gagasan tentang audien yang keras kepala, efek pesan dimediasi oleh penerima, dan karenanya menyulitkan pencarian yang berlaku untuk semua situasi komunikasi. (Cutlip&Center, 2009:228)

2.6.1.            Bentuk Pesan Informatif
      Informative communications adalah suatu pesan yang disampaikan kepada seseorang atau sejumlah orang tentang hal-hal baru yang diketahuinya. Teknik ini berdampak kognitif pasalnya komunikan hanya mengetahui saja. Seperti halnya dalam penyampaian berita dalam media cetak maupun elektronik, pada teknik informative ini berlaku komunikasi satu arah, komunikatornya melembaga, pesannya bersifat umum, medianya menimbulkan keserempakan, serta komunikannya heterogen. Biasanya teknik informatif yang digunakan oleh media bersifat asosiasi, yaitu dengan cara menumpangkan penyajian pesan pada objek atau peristiwa yang sedang menarik perhatian khalayak.  Bentuk Pesan Persuasif Persuasif adalah “suatu tindakan yang berdasarkan segi-segi psychologic, yang dapat membangkitkan kesadaran individu” (Abdurrachman, 1989:61).
      Komunikasi persuasif bertujuan untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku komunikasi yang lebih menekankan sisi psikologis komunikasi. Penekanan ini dimaksudkan untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku. Tetapi persuasi dilakukan dengan luwes, halus, yang mengandung sifat-sifat manusiawi sehingga mengakibatkan kesadaran dan kerelaan yang disertai perasaan senang. Agar komunikasi persuasive mencapai tujuan dan sasarannya, maka perlu diadakan perencanaan yang matang dengan mempergunakan komponen-komponen ilmu komunikasi, yaitu komunikator, pesan, media, dan komunikan. Sehingga dapat terciptanya pikiran, perasaan dan hasil penginderaannya, treorganisasi secara mantap dan trepadu. Biasanya teknik ini efektif, komunikan bukan hanya sekedar tahu, tetapi tergerak hatinya dan menimbulkan perasaan tertentu.

2.7.            Tinjauan Tentang Media
            Media adalah “alat, sarana komunikasi dalam melakukan sesuatu” (Kamus Besar Bahasa Indonesia 2009). Media merupakan alat yang digunakan dalam menyampaikan pesan dari komunikator kepada komunikan. Personal communication dapat dilakukan melalui dua media, yaitu auditif (lisan) dan visuil (tulisan), dan prosesnya bisa secara langsung (face to face) dan tidak langsung (person to person). Bila prosesnya berjalan secara langsung akan memakai saluran-saluran bersifat auditif, sedangkan untuk person to person dapat menggumakan media yang bersifat auditif ataupun bersifat visuil”. (Suhandang 1973;127).

2.7.1.            Media Cetak
      Media cetak merupakan bagian dari media massa yang digunakan dalam penyuluhan. Media cetak mempunyai karakteristik yang penting. Literatur dalam pertanian dapat di temui dalam artikel, buku, jurnal, dan majalah secara berulang-ulang terutama untuk petani yang buta huruf dapat mempelajarinya melalui gambar atau diagram yang diperlihatkan poster. Media cetak membantu penerimaan informasi untuk mengatur masukan informasi tersebut. Lebih jauh lagi media cetak dapat di seleksi oleh pembacanya secara mudah dibandingkan dengan berita melalui radio dan televisi.

2.7.2.            Media Elektronik
      Media Elektronik Media Elektronik adalah media yang menggunakan elektronik atau energi elektromakanis bagi pengguna akhir untuk mengakses kontennya. Istilah ini merupakan kontras dari media statis (terutama media cetak), yang meskipun dihasilkan secara elektronis tapi tidak membutuhkan elektronik untuk diakses oleh pengguna akhir. Sumber media elektronik yang familier bagi pengguna umum antara lain adalah rekaman video, rekaman audio, presentasi multimedia, dan konten daring. Media elektronik dapat berbentuk analog maupun digital, walaupun media baru pada umumnya berbentuk digital.
      Media elektronik adalah jenis media massa yang isinya disebarluaskan melaluai suara atau gambar dan suara dengan menggunakan teknologi elektro, seperti radio, televisi, dan film.

2.7.3.            Media Papan Pengumuman
      Papan pengumuman adalah salah satu media komunikasi kelompok yang biasanya ditujukan untuk target sasaran dalam lingkup tertentu.
      Media ini adalah salah satu media yang paling murah, paling diacuhkan, dan paling efektif. Apabila ditempatkan dan diawasi secara layak, maka papan pengumuman akan banyak menarik perhatian orang-orang yang berada dilingkup sekitar dimana papan itu berada. Apabila sarana ini dijaga bebas dari debu, jamur, dan pemberitahuan yang sudah tidak berlaku lagi, dimana materinya harus diubah setiap minggu dan memiliki sistem seperti penunjukkan orang yang bertanggung jawab menjaganya agar tetap kelihatan rapi dan baru, maka papan pengumuman bisa menjadi media yang efektif.  Pada lingkup perkantoran papan pengumuman biasanya ditempatkan dimana ia dapat dilihat dan dibaca dengan baik, yaitu: kamar kecil, disamping lift, dan di kafetaria. Informasi yang dipasang di papan pengumuman meliputi daftar makanan kafetaria, berita kesejahteraan masyarakat, pemberitahuan kelompok karyawan, kebijaksanaan dan berita perusahaan, pemberitahuan hari libur, lowongan kerja, serta informasi tentang penutupan

BAB III
KONDISI OBJEKTIF LOKASI


3.1.            Sejarah Perusahaan
3.1.1.            Riwayat Singkat Kehutanan Jawa Barat (1945-1978) 
                  Tahun 1947 di Jawa Barat terbentuk Negara Pasundan, dan Instansi kehutan berubah menjadi De Dienst van Boswezen van Negara Pasundan yang dipimpin oleh Ir.C.Y.Moel sampai dengan 1949.  Pada tahun itu juga kehutanan mulai disusun secara federatif.  Dan pada pertengahan tahunnya tahunnya dibentuk suatu bagian yang disebut Planologi Kehutanan yang terpisah dari pengelolaan, dipimpin oleh R.H. Odang Prawiradiredja sampai tahun 1952.
      Pada tahun 1951 terbit Surat Keputusan Jawatan Kehutanan tertanggal 17 Nopember 1951 Nomor 4212 yang memutuskan bahwa terhitung 1 September 1951 dibentuk Brigade Planologi di Indonesia dimana Planologi Kehutanan Jawa Barat ditetapkan sebagai Brigade I Planologi Kehutanan Jawa Barat yang dipimpin oleh R. Oesman Nandika.
Peraturan Pemerintah Nomor: 20/ 1952 menetapkan Kehutanan di Jawa/ Madura dibagi-bagi menjadi beberapa Inspeksi Kehutanan Bagian I.  Bertindak sebagai inspektur waktu itu adalah R.Keosnowarso.  tetapi tidak lama kemudian diganti M.Saroso.
      Pada tahun 1953, Kepala Jawatan Kehutanan dengan Surat Keputusan Tanggal 1 Oktober 1953 Nomor 17777/KD/1/5 mengukuhkan susunan organisasi setiap inspeksi, sehingga mempertegas garis komando dan koordinasi.
      Oleh Karena pada tahun 1954 M.Saroso menininggal dunia, R.Oesman Nandika yang semula menjabat Kepala Brigade I Planologi Jawa Barat dialih tugaskan menjadi Inspektur Jawatan  Kehutanan Bagian I Jawa Barat dan Kepala Brigade I Planologi Kehutan dijabat oleh Adang Durachman.
      Pada tahun 1957 terbit Peraturan Pemerintah Nomor 64/1975 menetapkan penyerahan sebagian dari urusan Pemerintah Pusat di Lapangan Perikanan Laut, Kehutanan dan Karet Rakyat pada daerah-daerah Swatantra Tingkat I.  Maka berubahlah status Inspeksi Kehutanan Bagian I Jawa Barat menjadi Dinas Kehutanan Propinsi Daerah Swatantra Tingkat I Jawa Barat.  R.Oesman Nandika selaku Kepala Dinas pertama menduduki jabatan itu sampai masa pensiunnya tahun 1964, digantikan oleh Adang Durahman sampai tahun 1971.        
      Pada awal tahun 1978 status Dinas Kehutanan Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat berubah menjadi Unit III Perum Perhutani Jawa Barat dengan Kepala Unit yang Pertama bernama Ir.Suherman Buhron.
      Pada waktu yang sama, Brigade Planologi Kehutanan Jawa Barat pun dilebur kedalam Perum Perhutani menjadi Biro Perencanaan Unit III Perum Perhutani Jawa Barat dan Banten.

3.1.2.            Sejarah Perhutani
      Sejarah pengelolaan hutan di Jawa dan Madura, secara modern-institusional dimulai pada tahun 1897 dengan dikeluarkannya “Reglement voor het beheer der bosschen van den Lande op Java en Madoera”, Staatsblad 1897 nomor 61 (disingkat “Bosreglement”) selain itu terbit pula “Reglement voor den dienst van het Boschwezen op Java en Madoera” (disingkat “Dienst Reglement”) yang menetapkan aturan tentang organisasi Jawatan Kehutanan, dimana dibentuk Jawatan Kehutanan dengan Gouvernement Besluit (Keputusan Pemerintah) tanggal 9 Februari 1897 nomor 21, termuat dalam Bijblad 5164. Hutan-hutan Jati di Jawa mulai diurus dengan baik, dengan dimulainya afbakening (pemancangan), pengukuran, pemetaan dan tata hutan.
      Pada tahun 1913 ditetapkan reglement baru yaitu “Reglement voor het beheer der bosschen van den Lande op Java en Madoera”, Staatsblad 1913 nomor  495, yang didalamnya mengatur tentang “eksploitasi sendiri (eigen beheer) atau penebangan borong (door particuliere aannemer)”.
      Pada tahun 1930, pengelolaan hutan Jati diserahkan kepada badan “Djatibedrijf” atau perusahaan hutan Jati dari Pemerintah (Jawatan Kehutanan). Perusahaan hutan Jati tersebut tidak berdiri lama, pada tahun 1938 oleh Directeur van Financien (Direktur Keuangan Pemerintahan Hindia Belanda) bahwa perusahaan yang bertujuan komersiil sebulat-bulatnya harus dihentikan, karena alasan-alasan berikut:
a.       Pemerintah, yang diwakili oleh Jawatan Kehutanan, tidak hanya berkewajiban memprodusir dan menjadikan uang dari hasil kayu Jati saja, tetapi Jawatan Kehutanan bertugas pula memelihara  hutan-hutan yang tidak langsung memberi keuntungan kepada Pemerintah. Yang dimaksud dengan hutan-hutan di atas, ialah hutan-hutan lindung, yang memakan amat banyak biaya sedang hasil langsung tidak ada atau sangat sedikit;
b.      Perusahaan hutan Jati sebagai badan swasta atau perusahaan kayu perseorangan, menganggap hutan Jati kepunyaan Pemerintah sebagai modal yang tidak dinilai atau tidak diberi harga (sukar untuk menetapkan harga tanah dan kayu dari hutan Jati seluas 770.000 hektar), akan tetapi menggunakan hutan Jati itu sebagai obyek eksploitasi saja dan tidak mempengaruhi atau mengakibatkan kerugian suatu apapun kepada tanah dan hutan Jati milik Pemerintah yang diwakili oleh Jawatan Kehutanan, dipandang dari sudut hukum perusahaan, tindakan seperti di atas tidaklah benar.
      Pasca Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 dan berdirinya Negara Indonesia tanggal 18 Agustus 1945,  hak, kewajiban, tanggung-jawab dan kewenangan pengelolaan hutan di Jawa dan Madura oleh Jawatan Kehutanan Hindia Belanda q.q. den Dienst van het Boschwezen, dilimpahkan secara peralihan kelembagaan kepada Jawatan Kehutanan Republik Indonesia berdasarkan Pasal II Aturan Peralihan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia yang berbunyi: “Segala badan negara dan peraturan yang ada masih langsung berlaku, selama belum diadakan yang baru menurut undang-undang dasar ini.
      Untuk mewujudkan perubahan status Jawatan Kehutanan menjadi Perusahaan Negara, Pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 17 sampai dengan Nomor 30, tahun 1961, tentang ”Pembentukan Perusahaan-Perusahaan Kehutanan Negara (PERHUTANI)”. Pada tahun 1961 tersebut, atas dasar Undang-Undang Nomor 19 tahun 1960 tentang Perusahaan Negara, maka masing-masing dengan :
  1. Peraturan Pemerintah Nomor 17 tahun 1961; yang ditetapkan dan diundangkan pada tanggal 29 Maret 1961, dan berlaku surut sejak tanggal 1 Januari 1961; didirikan Badan Pimpinan Umum (BPU) Perusahaan Kehutanan Negara, disingkat ”BPU Perhutani”, termuat dalam Lembaran Negara tahun 1961 nomor 38, penjelasannya termuat dalam Tambahan Lembaran Negara No. 2172.
  2. Peraturan Pemerintah Nomor 18 tahun 1961; yang ditetapkan dan diundangkan pada tanggal 29 Maret 1961, dan berlaku surut sejak tanggal 1 Januari 1961; didirikan Perusahaan Kehutanan Negara Djawa Timur disingkat PN Perhutani Djawa Timur, termuat dalam Lembaran Negara tahun 1961 nomor 39, penjelasannya termuat dalam Tambahan Lembaran Negara No. 2173.
  3. Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 1961; yang ditetapkan dan diundangkan pada tanggal 29 Maret 1961, dan berlaku surut sejak tanggal 1 Januari 1961 didirikan Perusahaan Kehutanan Negara Djawa Tengah disingkat PN Perhutani Djawa Tengah, termuat dalam Lembaran Negara tahun 1961 nomor 40, penjelasannya termuat dalam Tambahan Lembaran Negara No. 2174.
  4. Peraturan Pemerintah Nomor 35 tahun 1963 tentang Penyerahan Pengusahaan Hutan-hutan Tertentu kepada Perusahaan-perusahaan Kehutanan Negara.diserahkan pengusahaan hutan-hutan tertentu yang ditunjuk oleh Menteri Pertanian dan Agraria kepada Perusahaan-perusahaan Kehutanan Negara, selanjutnya disingkat ”Perhutani”.
      Presiden Direktur BPU Perhutani, Anda Ganda Hidajat, pada forum Konperensi Dinas Instansi-instansi Kehutanan tanggal 4 s/d 9 November 1963 di Bogor, dalam prasarannya berjudul: “Realisasi Perhutani”,  pada halaman 2 menulis bahwa:
Dalam pelaksanaan UU No. 19 Tahun 1960 tentang Pendirian Perusahaan-perusahaan Negara didirikanlah BPU Perhutani di Jakarta berdasarkan PP No.17 tahun 1961, sedangkan pengangkatan Direksinya yang pertama dilakukan pada tanggal 19 Mei 1961 dengan Surat Keputusan Presiden R.I. No. 210/1961.
      Adapun  Perhutani - Perhutani  Daerah yang telah direalisir berdirinya hingga sekarang barulah :
a.       Perhutani Djawa Timur pada tanggal 1 Oktober 1961;
b.      Perhutani Djawa Tengah pada tanggal 1 Nopember 1961;
c.       Perhutani Kalimantan Timur pada tanggal 1 Djanuari 1962;
d.      Perhutani Kalimantan Selatan pada tanggal 1 Djanuari 1962;
e.       Perhutani Kalimantan Tengah pada tanggal 1 April 1963”.
      Dasar Hukum Perum Perhutani sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 1972 juncto Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 1978, kemudian disempurnakan/diganti berturut-turut dengan Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 1986, Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 1999, Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2001, dan terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2003. Saat ini pengelolaan perusahaan Perum Perhutani dilaksanakan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2010.


3.1.3.            Perum Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Bandung Selatan
      Perum Perhutani KPH Bandung Selatan sebagai salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dibidang kehuatan dengan wilayah kerjanya mencakup kawasan hutan seluas 55.446,75 ha, yang membentang sepanjang wilayah selatan Kabupaten Bandung dan Kabupaten Bandung Barat. Menurut letak geografis terletak di 10005’ – 106o22’ BT dan 06000’ – 07019’ LS.
      KPH Bandung Selatan  berada pada wilayah administrative Kabupaten Bandung dan Kabupaten Bandung Barat, dibagi menjadi Sembilan (9) Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) yaitu : Tambakruyung Barat, Tambakruyung Timur, Gunung Halu, Cililin, Rajamandala, Ciwidey, Banjaran, Ciparay dan Pangalengan.
      Kawasan  hutan KPH Bandung Selatan merupakan daerah penyangga DAS (Daerah Aliran Sungai) Citarum dan DAS cipandak sehingga mempunyai fungsi konservasi yang sangat penting sebagai penyupali air untuk Waduk Saguling, Cirata, dan Jatiluhur.
Disekitar kawasan hutan KPH Bandung Selatan terdapat 111 Desa dan 24 Kecamatan, dimana desa-desa tersebut umumnya memiliki karakteristik :
1.      Kepadatan pendudukan terus bertambah dan rasio kepemilikan lahan rendah.
2.      Kehidupan masyarakatnya sangat beragntung pada hutan, dengan budaya bercocok tanam.
3.      System ekonomi yang berbasis lahan dan kurang berkembang, dimana masyarakat pada umumnya tidak mempunyai keterampilan selain bertani.
      Kondisi tersebut sangat berpengaruh terhadap tingginya tekanan social pada kawasan hutan. Dan dipicu oleh factor-faktor pergolakan social ekonomi nasional beberapa waktu yang alalu, menyebabkan tingginya angka gangguan hutan KPH Bandung Selatan.

3.2.            Visi, Misi Dan Budaya Perusahaan
3.2.1.               Visi
                  Menjadi pengelola hutan lestari untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
3.2.2.               Misi
1.            Mengelola sumberdaya hutan dengan prinsip pengelolaan lestari berdasarkan karakteristik wilayah dan daya dukung Daerah Aliran Sungai, meningkatkan manfaat hasil hutan kayu dan bukan kayu, ekowisata, jasa lingkunga, agroforestry serta potensi usaha berbasis kehutanan lainnya guna menghasilkan keuntungan untuk menjamin pertumbuhan perusahaan berkelanjutan.
2.            Membangun dan mengembangkan perusahaan, organisasi serta sumberdaya manusia perusahaan yang modern, profesional dan handal, memberdayakan masyarakat desa hutan melalui pengembangan lembaga perekonomian koperasi masyarakat desa hutan atau koperasi petani hutan.
3.            Mendukung dan turut berperan serta dalam pembangunan wilayah secara regional, serta memberikan kontribusi secara aktif dalam penyelesaian masalah lingkungan regional, nasional dan internasional.

3.2.3.               Budaya Perusahaan
      Budaya perusahaan merupakan nilai dan falsafah yang telah disepakati dan diyakini oleh seluruh insan Perhutani sebagai landasan dan acuan bagi Perhutani untuk mencapai tujuan. Perhutani mendefinisikan budaya perusahaan dalam 8 nilai yang disingkat BERMAKNA yang dijabarkan dalam perilaku utama perusahaan yaitu:
·         Berkelanjutan
Selalu melakukan pengembangan dan penyempurnaan terus menerus, dan belajar hal-hal yang baru untuk memperbaruhi keadaan serta berorientasi jangka panjang.

·         Ekselen
Selalu memperlihatkan gairah keunggulan dan berusaha keras untuk hasil yang terbaik, sesuai dengan kompetensi yang dibutuhkan sehingga tercapai kepuasan seluruh pemangku kepentingan (stakeholders)
·         Responsibilitas
Selalu menggunakan penalaran (logika berpikir) dalam mempertimbangkan untung dan rugi, memiliki kesadaran diri yang utuh dalam bertindak, mengembangkan imajinasi untuk antisipasi dan selalu mendengarkan suara hati dalam mengambil setiap keputusan yang dilambil.


·         Matang
Selalu bersikap dewasa dan memiliki keberanian untuk menyampai-kan pendapat ataupun keyakinannya dengan mempertimbangkan pendapat /perasaan orang lain, serta dapat menanggapi maupun memecahkan permasalahan secara bijaksana.
·         Akuntabilitas
Selalu mengutamakan data dan fakta dalam melaksanakan setiap pekerjaan.
·         Kerja sama tim
Selalu mengutamakan kerja sama tim, agar mampu menghasilkan sinergi optimal bagi perusahaan.
·         Nilai Tambah
Selalu menghargai kreativitas dan melakukan inovasi, senantiasa belajar untuk mendapatkan cara baru dan hasil yang lebih baik.
·         Agilitas
Selalu tanggap dan beradaptasi dengan cepat dalam menghadapi perubahanserta melihat perubahan sebagai peluang untuk mencapai sukses di arena persaingan pasar global.
3.3.            Stuktur Organisasi Perum Perhutani
Gambar 3.1
Struktur Oraganisasi Perum Perhutani

3.4.            Strategi
Strategi Perusahaan dalam mencapai Visi dan Misi ditetapkan enam  langkah yaitu :
1.      STRATEGI 1
Melaksanakan bisnis kehutanan dengan Sistem Manajemen Perum Perhutani berdasarkan prinsip Good Corporate Governance melalui :
  • Re-enginering proses bisnis
  • Penerapan SMPHT (Sistem Manajemen Perhutani)
  • Penerapan GCG
  • Penerapan e-PHT
  • Penerapan Standar Mutu (ISO 9001:2008)
2.      STRATEGI 2
Meningkatkan produktivitas SDH untuk menghasilkan produk unggulan sesuai  standar dan kebutuhan pasar dunia guna memenuhi kepuasan pelanggan melalui :
  • Sustainable Forest Management (SFM)
  • Operational Excellence (Opex)
  • Silvikultur / Budidaya  Intensif (Sil-In)
3.      STRATEGI 3
Mengembangkan Industri Hilir berbasis sumberdaya hutan melalui :
  • Green Product
  • Diversifikasi Produk
  • Supply Chain Management
  • Aliansi Stratejik
  • Revitalisasi Industri
  • Penguatan fundamental Financial
  • Peningkatan kompetensi Industri
  • Pembangunan Jaringan Pasar Global
  • Industri and Market Leader
  • Implementasi CRM
  • Optimalisasi R & D
4.      STRATEGI 4
Mengelola SDM berbasis kompetensi menuju Modal Intelektual (Intelectual Capital) melalui :
  • Penerapan CBHRM (Competency Based Human Resources Management)
  • Knowledge Management
  • Revitalisasi peran dan fungsi PUSDIKLAT SDM
  • Penguatan Hubungan Industrial
  • Internalisasi Tata Nilai perusahaan
5.      STRATEGI 5
Memberikan kontribusi terhadap peningkatan kualitas  kehidupan pemangku kepentingan (Stakeholders) melalui :
  • Stakeholder Management and Engagement
  • CSR (Corporate Social Responsibility)
6.      STRATEGI 6
Pemberdayaan Masyarakat Desa Hutan melalui :
  • Optimalisasi kultural dan sosial untuk menjamin keamanan aset dan bisnis
  • Pengembangan Agroforestry, Usaha Hutan Rakyat dan Usaha Produktif lainnya
  • Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat

3.5.            Wilaya Kerja Perum Perhutani

Wilayah kerja Perum Perhutani meliputi kawasan hutan negara yang terdapat di wilayah Provinsi Jawa Tengah, Provinsi Jawa Timur dan Provinsi Jawa Barat dan Banten seluas 2.426.206 hektar.
Gambar 3.2.
Peta Wilayah

Luas tersebut tidak termasuk kawasan hutan suaka alam dan wisata yang dikelola oleh Ditjen PHPA Departemen Kehutanan. Berdasarkan amanat UU nomor 41 tentang Kehutanan adalah minimal 30%. Luasan hutan dibanding daratan yang ada saat ini adalah sekitar 24% sehingga perlu dipertahankan keberadaannya sehingga dapat berperan mempertahankan daya dukung lingkungan.
3.6.            Produk Perusahaan
3.6.1.              Produk Kimia Hutan
      Perhutani menghasilkan Forest Chemical Products berupa Gondorukem dan Terpentin. Produk Gondorukem dan Terpentin merupakan hasil destilasi getah Pinus yang berkualitas tinggi. Produk lain yang masuk kedalam kategori ini adalah: kopal, minyak kayu putih, lak, minyak ylang-ylang dan sebagainya.
1.      Gondorukem & Terpentin
Produk ini diperoleh dari proses pengolahan atas getah pinus. Gondorukem merupakan produk resin alam yang banyak digunakan di bidang farmasi sedang minyak terpentin yang berwarna transparan putih adalah adalah pelarut yang kuat dan digunakan sebagai bahan baku pelarut cat, bahan baku parfum, desinfektan, dan campuran kimia lainnya. Kontribusi kedua produk ini terhadap total pendapatan Perum Perhutani cukup besar, yakni mencapai sekitar 30%. Perhutani melakukan berbagai inovasi proses produksi maupun penanaman pinus untuk menjaga mutu produk ini.
2.      Minyak Kayu Putih
Minyak kayu putih diperoleh dari proses ekstraksi atas daun pohon kayu putih. Produk ini banyak digunakan pada industri farmasi. Untuk menjaga kualitas produk ini, Perum Perhutani mengembangkan benih unggul kayu putih di kebun benih semai selain melakukan inovasi pada proses ekstraksi dan penanganan produk.
3.      Kopal
Kopal adalah hasil olahan getah (resin) yang disadap dari batang damar (Agathis dammara [sin. A. alba] dan beberapa Agathis lainnya) serta batang dari batang pohon anggota suku Burseraceae (Bursera, Protium). Kopal merupakan bahan dasar bagi cairan pelapis kertas supaya tinta tidak menyebar. Bahan ini juga dipakai sebagai campuran lak dan vernis.
4.      Lak
Lak adalah hasil sekresi kutu lak atau dalam bahasa latin disebut Leccifer lacca, di budidayakan di ranting pohon kesambi dan inang. Lak diolah menjadi bahan isolator alat-alat listrik, bahan kosmetik, tinta dan pelitur.
5.      Minyak Ylang-Ylang
Minyak ylang-ylang disuling dari bunga tanaman ylang-ylang (Cananga odorata forma genuine Hook Fil. et Thompson). Minyak ylang-ylang mempunyai aroma yang sangat wangi, atau setaraf dengan bau minyak melati, sehingga minyak ylang-ylang termasuk salah satu bahan pewangi dalam parfum yang mahal. Minyak kenanga mempunyai mutu bau yang lebih rendah bila dibandingkan dengan minyak ylang-ylang dan dipakai sebagai bahan pewangi sabun.

3.6.2.           Produk Pangan dan Kesehatan
      Perhutani menyediakan produk madu berkualitas tinggi, diproduksi di kebun perlebahan Parung Panjang Bogor, Regaloh dan lokasi lainnya di hutan Jawa Tengah. Produk lain pada kelompok ini adalah Air Minuman Madu dan Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) berlabel “Air Perhutani”. Selain itu, Perhutani memproduksi: kopi, cengkeh, aren, jagung, emponempon dan bahan pangan lain hasil kerjasama dengan masyarakat desa hutan melalui program Pengelolaan Hutan Bersama Maysarakat (PHBM).
1.            Madu Perhutan
Madu sebagai makanan kesehatan dapat bermanfaat untuk meningkatkan stamina tubuh sebagai energi seketika, meningkatkan vitalitas dan fungsi seksual, bersifat anti bakteri, anti cendawan dan anti oksidan, mencegah pertumbuhan tumor/kanker, berguna untuk perawatan/pembentukan jaringan dan fungsi reproduksi, mereduksi tekanan piskis/stress. Selain dikonsumsi, penggunaan madu untuk kosmetik sangat baik untuk perawatan kulit, mengencangkan dan menghaluskan kulit.
Perum Perhutani memproduksi madu dari areal pengelolaan di kebun perlebahan Parung Panjang Bogor, Regaloh dan lokasi lainnya di hutan Jawa Tengah. Produksi madu ditujukan untuk konsumen langsung, maupun untuk industri dan sebagian lainnya diolah menjadi air minum madu dalam kemasan.
2.            Air Perhutani
Produk air minum dalam kemasan (amdk) perhutani telah terpilih dan menjadi satu-satunya amdk di indonesia yang dapat memenuhi standard persyaratan pasar negara Jepang.
3.            Minuman Madu Perhutani
Minuman madu (midu) perhutani merupakan produk minuman kesehatan perhutani. Dibuat dari campuran air perhutani dengan madu perhutani. Selain bermanfaat bagi kesehatan (sesuai dengan manfaat madu), juga memiliki rasa yang nikmat dan menyegarkan. Minuman madu perhutani dapat diperoleh di outlet-outlet yang menjual madu perhutani.


3.7.            PHBM ( Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat )
PHBM adalah suatu sistem pengelolaan sumberdaya hutan yang dilakukan bersama oleh Perum Perhutani dan Masyarakat Desa Hutan maupun dengan Pihak lain yang berkepentingan (stakeholder) dengan jiwa berbagi sehingga kepentingan bersama untuk mencapai keberlanjutan fungsi dan manfaat sumberdaya hutan dapat diwujudkan secara optimal dan proporsional.
Melalui PHBM Perhutani bekerjasama dengan masyarakat desa hutan dan pihak-pihak lainnya melaksanakan kegiatan pengelolaan hutan bersama. Kegiatan telah berlangsung sejak tahun 2001, sebagai keberlanjutan dari program program sosial perusahaan sejak dicanangkannya kebijakan Forest for People tahun 1978 di Indonesia. Tidak kurang dari 5.403 desa hutan di pulau Jawa dan Madura berada di sekitar kawasan hutan Perhutani. Sejak tahun 2005 sampai tahun 2010, Perhutani tercatat 5.054 desa hutan atau sekitar 94% dari total desa hutan di Pulau Jawa dan Madura bekerjasama melalui program PHBM.
Luas hutan yang dikerjasamakan menjadi hutan pangkuan desa mencapai 2.250.172 Ha melibatkan lebih kurang 5.456.986 KK tergabung dalam 5.237 Lembaga Masyarakat Desa Hutan dan 746 Koperasi Desa Hutan. Program PHBM menurut masyarakat telah memberikan manfaat berupa:
1.      Penyerapan tenaga kerja desa hutan mencapai 5 juta orang pertahun sampai tahun 2010.
2.      Memberi kesempatan berusaha di sektor industri (216 unit usaha); perdagangan (236 unit usaha); pertanian (1746 unit usaha); peternakan (308 unit usaha); perkebunan (404 unit usaha); perikanan (163 unit usaha); jasa (724 unit usaha).
3.      Bagi hasil dari produksi hutan berupa kayu dan non kayu. Realiasi nilai bagi hasil produksi dari tahun 2005 sampai dengan Agustus 2010 nilai bagi hasil produksi kayu dan non kayu yang diterima LMDH adalah Rp. 160,279 milyar.
4.      Pendapatan dari produksi tanaman pangan seperti padi, jagung, kacang-kacangan kegiatan tumpangsari di lahan hutan mencapai Rp. 4.979.455.721,- atau rata-rata Rp. 1 milyar per tahun.
Berdasarkan Keputusan Menhut No. 141/Kpts-II/1996 tentang Pola Humas Departemen Kehutanan dinyatakan pada pasal 4 ayat (1) bahawa Kegiatan Humas pada dasarnya merupakan fungsi pimpinan, atau dengan kata lain “setap pimpinan adalah pejabat Humas”.
Kebijakan ini menuntut pembentukan citra yang dilakukan seluruh jajaran dan unit kerja, seluruh komponen dari Pusat sampai Daerah memeiliki peluang untuk meningkatkan citra Perusahaan. Meluasnya aktifitas dan peranan Humas bagi perusahaan, perlu diwujudkan dan dilaksanakan oleh setiap individu dilingkungan Perusahaan.
Dalam pelaksanaan sehari-hari tugas Humas Perum Perhutani adalah sebagai fasilitator, informatory, motivator, dan creator daripada kepentingan Perum Perhutani terhadap masyarakat. Dengan demikian, Humas mempunyai tanggung jawab sebagai penyaring
 
3.8.            Logo Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten









Gambar 3.3
Logo Perum Perhutani

BAB IV
PELAKSANAAN JOB TRAINING

4.1        Aktivitas Kegiatan Selama Job Training
Selama pelaksanaan job training di Divisi Humas Perum Perhutani Unit II Jawa Barat dan Banten,  penulis melakukan berbagai kegiatan yang berhubungan dengan tugas-tugas kehumasan, baik kegiatan yang sifatnya rutin setiap hari, terjadwal, dan kegiatan-kegiatan yang bersifat mendadak (insidental).
4.1.1.Jadwal Kegiatan Selama Job Training
Tabel 4.1
Jadwal Kegiatan Selama Job Training di Humas Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten
No
Hari,
Tanggal
Jam masuk
Aktifitas PKL
Jam
Pulang
Rutin
Insidentil
1
Senin,
4 Juli 2011

08.00
·         Adaptasi perkenalan
·         Breafing Pembagian  tugas kerja
·         Membuat surat izin dan keterangan job training
15.00
ü   
ü   
ü   

2
Selasa,
5 Juli 2011
08.00
·         Pembuatan surat pengantar pemindahan Job Training Ke KPH Bandung Selatan
·         Izin pemindahan dari humas Perhutani Unit III ke KPH Bandung Selatan
15.00

ü   


ü   

3
Rabu,
6 Juli 2011
08.00
·         Pemberangkatan ke KPH Bandung Selatan
·         Perkenalan ke Humas KPH Bandung Selatan
·         Penyerahan Majalah Dadali dari Perhutani Unit III ke KPH BDS
15.00

ü   

ü   

ü   
4
Kamis,
7 Juli 2011
08.00
·         Adaptasi perkenalan di Humas KPH Bandung Selatan

15.00
ü   

5
Jumat,
8 Juli 2011
08.00
·         Apel Pagi
·         Breafing pembagian kerja
·         Kliping Koran tentang KPH Bandung Selatan
·         Wawancara Dengan Petugas Humas KPH Bandung Selatan
15.00
ü   


ü   

ü   




6
Senin,
11 Juli 2008
08.00
·         Apel Pagi
·         Pemasangan Dokumentasi di Majalah Dinding kantor KPH
·         Foto Copy Surat Keterangan Izin Jobtraining
15.00
ü   

ü   



ü   

7
Selasa,
12 Juli 2011

·         Izin



8
Rabu,
13 Juli 2011
08.00
·         Apel Pagi
·         Kliping Koran
·         Wawancara dengan KSS PHBM KPH Bandung Selatan
·         Pemindahan Kerja dari Divisi Humas ke PHBM
15.00
ü   
ü   
ü   
ü   


ü   





ü   
9
Kamis,
14 Juli 2011
08.00
·         Apel Pagi
·         Pembekalan tentang PHBM KPH Bandung Selatan
·         Perkenalan program PHBM
15.00
ü   





ü   


ü   
10
Jumat,
15 Juli 2011
08.00
·         Membuat surat perjanjian dengan LMDH
15.00
ü   

11
Senin,
18 Juli 2011
10.00
·         Breafing kunjungan ke BKPH Banjaran
15.00


ü   
12
Selasa,
19 Juli 2011
09.00
·         Mencari Informasi tentang kopi di BKPH Banjaran di Lingkungan KPH Bandung Selatan
15.00
ü   



13
Rabu,
20 Juli 2011
09.00
·         Wawancara tentang Unit Bisnis Kopi di KPH Bandung Selatan
·         Konsultsai tentang kegiatan humas di KPH Bandung Selatan
15.00
ü   

ü   

14
Kamis,
21 Juli 2011
08.00
·         Membuat pengajuan dana untuk pembelian satu unit computer di kantor Humas KPH Bandung Selatan

15.00
 ]



ü   
15
Jumat,
22 Juli 2011
08.00
·         Izin
15.00
ü   

16
Senin,
25 Juli 2011
08.00
·         Apel pagi
·         Pembuatan kliping
·         Foto Copy Surat perjanjian LMDH
15.00
ü   
ü   
ü   



17
Selasa,
26 Juli 2011
08.00
·         Apel pagi
·         Penulisan surat masuk dan surat keluar di Humas KPH Bandung Selatan
15.00
ü   
ü   





18
Rabu, 27 Juli 2011

·         Izin

ü   

19
Kamis, 28 Juli 2011
08.00
·         Membereskan arsip kehumasan
·         Dokumentasi kegiatan istri karyawanKPH Bandung Selatan
15.00
ü   


ü   
20
Jum’at, 29 Juli 2011
08.00
·         Bertemu dengan KSS Humas Perum Perhutani Unit III Jabar dan Banten
·         Konsultasi pembuatan laporan job training

ü   



ü   
Sumber : Catatan atau dokumentasi kegiatan selama PKL

4.1.2        Deskripsi dan Contoh Aktivitas Rutin Selama PKL
Kegiatan rutin adalah kegiatan yang dilakukan sehari-hari. Kegiatan rutin yang penulis lakukan selama Job Training di Perum Perhutani Unit III Jabar dan Banten:
a.       Apel pagi merupakan kegiatan yang dilakukan sebelum masuk kerja sebagai laporan absensi kehadiran karyawan atau para pelajar yang sedang Praktek Kerja Lapangan di lingkungan kantor Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten dan Kantor KPH Bandung Selatan. Pada bagian ini prosedur kerja yang dilakukan adalah sebagai berikut :
Apel pagi ini dilakukan hampir sama dengan melakukan upacara dimana pimpinan menginstruksikan bawahannya dan Mengisi absensi kehadiran dan mendengarkan instruksi dari pimpinan yaitu hal apa saja yang harus dilakukan dalam setiap kerja serta penyampaian tentang motivasi dalam setiap melakukan pekerjaan khususnya bagi para pelajar yang sedang melaksanakan praktek kerja lapangan di kantor Perum Perhutani Unit III Jabar dan Banten KPH Bandung Selatan
b.      Membuat surat pengantar atas siswa atau mahasiswa yang akan melaksanakan Praktik Kerja Lapangan atau penelitian di Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten ke bagian-bagian yang bersangkutan (divisi-divisi, redaksi dan institusi dari pelajar yang bersangkutan). Pada kegiatan ini prosedur kerja yang dilakukan adalah sebagai berikut:
Mencari arsip atas surat yang diajukan oleh yang bersangkutan tentang kerja praktik atau penelitian - mengetik surat pengantar dengan keterangan-keterangan yang diperoleh dari surat masuk yang diajukan oleh yang bersangkutan tersebut, seperti nama mahasiswa, NIM (Nomor Induk Mahasiswa), fakultas, jurusan atau program studi, kemudiaan nomor surat yang diajukan – diperiksa terlebih dahulu oleh pembimbing perusahaan - mengeprint surat pengantar yang talah dibuat - meminta tanda tangan kepada Bapak Dadang Suparman sebagai kepala Humas – melipat dan menstepler surat – kemudian mengantarkannya ke bagian yang diminta atau langsung diberikan kepada yang bersangkutan (mahasiswa). Untuk surat keterangan penerimaan atau penolakan PKL dan penelitian, lembar kertas yang digunakan adalah lembar kertas yang ber-kop surat, kemudian dicap dan dimasukan kedalam amplop.
Dalam membuat surat ini, peralatan yang digunakan oleh penulis berupa komputer (hardware) dengan menggunakan program Ms. Word (software). Memfoto copy beberapa dokumen seperti surat keluar, surat masuk, serta dokumen penting lainnya.
c.       Mengirimkan dan menerima surat atau dokumen.
d.      Mengarsipkan beberapa dokumen seperti surat keluar, surat masuk, serta dokumen penting lainnya.
e.       Mengetik kosep-konsep (bahan dokumen) yang diberikan oleh pembimbing serta dokumentasi kegiatan.
f.       Kegiatan kliping berita adalah kegiatan yang dilaksanakan secara rutin setiap harinya. Berita-berita yang dicari adalah berita-berita yang berkaitan dengan perusahaan. Seperti, berita mengenai Perum Perhutani Jawa Barat dan Banten serta di KPH Bandung Selatan, berita yang dicari adalah berita yang dimuat oleh beberapa koran atau surat kabar harian umum local dan nasional yaitu Pikiran Rakyat, Tribun Jabar, Bandung Ekspres, Galamedia dan sebagainya kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh perusahaan, dan lain sebagainya.
Dalam pelaksanaan kegiatan kliping berita ini, penulis biasanya membaca beberapa surat kabar tersebut diatas, kemudian mencari berita-berita yang berkaitan dengan perusahaan. Bila berita yang berkaitan dengan perusahaan telah didapatkan, maka penulis menggunting bagian berita tersebut, lalu menempelkannya pada sebuah buku yang dikhususkan untuk menempatkan kliping-kliping berita.
Untuk berita yng disertai foto, biasanya proses kliping berita lebih sedikit berbeda. Untuk menempatkan foto, terlebih dahulu foto harus dipisahkan dengan beritanya. Kemudian sesudah nama surat kabar, halaman, hari dan tanggal berita dimuat, ditempelkan disebelah kiri atas dan kanan atas, foto baru ditempelkan tepat dibawahnya, disertakan caption foto tepat dibawah foto. Hal ini ditunjukan agar tercipta keharmonisan dalam penempelan dan dapat memudahkan dalam membaca kliping tersebut di kemudian hari.
g.      Breafing merupakan suatu kegiatan rapat untuk membahas tentang konsep dan pelaksanaan kerja. Prosedur kerja yang dilkaukan penulis adalah sebagai berikut :
Breafing membahas tentang pembagian kerja contohnya ketika dalam rencana kunjungan ke LMDH (Lembaga Masyarakat Desa Hutan) penulis ditugaskan untuk menjadi tim lapangan survey ke lokasi.
4.1.3        Deskripsi dan Contoh Aktivitas Insidentil Selama PKL
Kegiatan insidentil adalah kegiatan yang dilakukan sewaktu-waktu. Kegiatan insidentil yang penulis lakukan selama PKL di KPH Bandung Selatan Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten meliputi :
a.             Menemani pembimbing untuk mengunjungi peserta kunjungan dari berbagai macam institusi ataupun lembaga, dimana tugas penulis adalah mencatat hasil dari kunjungan tersebut.
b.            Membantu pembimbing dan tim untuk mengorganisir suatu event yang diselenggarakan oleh Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten.
Membuat rilis berita (berita bantuan, berita keluarga, pengumuman reuni) kemudian dikirim melalui fax atau e-mail.
c.           Kegiatan membuat perjanjian anatara KPH Bandung Selatan dengan Lembaga Masyarakat Desa Hutan, dalam rangka mengembangkan usaha-usaha yang akan dibuat oleh LMDH di lingkungan KPH Bandung Selatan Perum Perhutani unti III Jawa Barat dan Banten yang bertujuan sebagai symbol keseriusan Perusahaan dalam mengembangkan usaha masyarakat desa dekat dengan hutan, sehingga hasil hutan yang di produksi oleh masyarakat tersebut dapat menumbuhkan kesejahteraan bagi masyarakat dan perusahaan 
Kegiatan-kegiatan yang penulis jabarkan di atas merupakan bagian dari fungsi dan tugas humas dalam sebuah perusahaan. Hal ini berkaitan pula dengan beberapa ilmu yang dipelajari oleh penulis di bangku kuliah. Dari kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan penulis selama melaksanakan job training di KPH Bandung Selatan Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten, penulis mengelompokan kegiatan-kegiatan tersebut di atas dalam enam kegiatan umum, yaitu Media Content Analysis, Corporate Social Responsibility, penulis Public Relations, dan Hubungan Internal.
4.2               Analisa Kegiatan Selama PKL
4.2.1        Analisa Tentang Humas
Public Relations adalah suatu seni untuk menciptakan pengertian publik   yang lebih baik yang dapat memperdalam kepercayaan publik terhadap suatu individu atau  organisasi / perusahaan.  (Horward Bonham, Wakil  Ketua  Palang  Merah Nasional Amerika Serikat).
            PR berperan sebagai mediator, fasilitator dan sebagai “jembatan” antara  atau organisasi dengan publiknya baik internal maupun eksternal agar tercapai adanya saling pengertian yang bertujuan untuk menciptakan, membangun, menjaga persepsi karyawan dan masyarakat pembaca agar terwujud citra positif  KPH Bandung Selatan Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten.
              Public Relations mempunyai empat unsur yang pertama, hubungan publik merupakan filsafat manajemen yang bersifat sosial; kedua, hubungan publik adalah suatu pernyataan tentang filsafat tersebut dalam keputusan kebijaksanaan; ketiga, hubungan publik adalah tindakan akibat kebijaksanaan tersebut; keempat, hubungan publik merupakan komunikasi dua arah yang menunjang kearah penciptaan kebijaksanaan ini kemudian menjelaskan, mengumumkan, mempertahankan, kedalam publik sehingga memperoleh saling pengertian dan itikad baik.
              Citra adalah kesan yang diperoleh seseorang berdasarkan pengetahuan dan perngertiannya tentang fakta-fakta atau kenyataan
4.2.2        Analisa tentang Aktifitas Kerja Humas
Kegiatan kliping berita atau media content analysis, merupakan salah satu metode pengukuran public relations. Media content analysis dilakukan untuk tahapan output, yaitu untuk melihat respon public eksternal mengenai perusahaan. Berikut ini adalah pembahasan mengenai kliping berita atau media content analysis, bila dikaitkan dengan SWOT (Strenghts/ kekuatan, Weaknesses/ kelemahan, Opportunities/ peluang, dan Threats/ ancaman).
a.       Strenghts/kekuatan dari kliping berita atau media content analysis, yaitu :
1.      Melalui kliping berita atau media content analysis, humas suatu perusahaan dapat melakukan evaluasi untuk mengukur efektifitas komunikasi organisasi atau efektifitas kinerja public relations kepada dan melalui media.
2.      Kliping berita atau media content analysis, dapat dijadikan wawasan strategis melalui rekam-jejak isu, analysis pesaing dan identifikasi tren.
b.      Weakneses/kelemahan dari kliping berita atau media content analysis, yaitu :
1.      terkadang ada beberapa berita yang dapat terlewatkan.
2.      Kliping berita yang dilakukan hanya berasal dari surat kabar terbitan  yang bersifat regional maupun nasional.
c.       Opportunities/peluang dari kliping berita atau media content analysis, yaitu :
Dapat menjadi bagian dari dokumentasi public relations, yang sewaktu-waktu bila diperlukan dapat dicari dan digunakan sebagai data-data penunjang.
d.      Threats/ancaman kliping berita atau media content analysis, yaitu :
Dapat rusak dimakan waktu, karena penyimpanan hasil kliping dilakukan dalam bentuk lembaran kertas yang dijadikan buku.
Hubungan ke dalam (internal relations) adalah hubungan dengan para public internal. Publik internal adalah khalayak yang berada didalam organisasi/perusahaan seperti supervisor, karyawan pelaksana, manajer, pemegang saham, dan direksi perusahaan. Berikut ini adalah pembahasan mengenai hubungan internal yang dijalankan humas Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten , bila dikaitkan dengan analisis SWOT (Strenghts/ kekuatan, Weaknesses/ kelemahan, Opportunities/ peluang, dan Threats/ ancaman).
a.       Strenghts/ kekuatan dari hubungan internal yang dijalankan humas Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten, yaitu :
1.      Dapat meningkatkan hubungan baik dengan para public internal.
2.      Membuat para public internal merasa diperhatikan oleh perusahaan.
3.      Dapat meningkatkan aktivitas pekerjaa..
b.      Weaknesses/ kelemahan dari hubungan internal yang dijalankan humas KPH Bandung Selatan Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten, yaitu :
1.      Ada kemungkinan beberapa karyawan yang terlewatkan dalam pemberitaan atau pengumuman.
2.      Karyawan ada yang merasa tidak diperhatikan oleh perusahaan.
c.       Opportunities/ peluang dari hubungan internal yang dijalankan humas KPH Bandung Selatan Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten, yaitu :
1.      Dapat mengadakan berbagai kegiatan yang berhubungan dengan public internal, seperti employee gathering, outbond, dan lain sebagainya.
2.      Dapat memberikan panghargaan bagi karyawan yang berprestasi.
d.      Threats/ ancaman dari hubungan internal yang dijalankan humas KPH Bandung Selatan Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten, yaitu :
Bila hubungan internal tidak berjalan dengan baik, memungkinkan produktivitas para karyawan menurun dari waktu-kewaktu sehingga tidak menutup kemungkinan kerugian perusahaan yang akan didapatkan.
Kegiatan-kegiatan yang penulis jabarkan di atas merupakan bagian dari fungsi dan tugas humas dalam sebuah perusahaan. Hal ini berkaitan pula dengan beberapa ilmu yang dipelajari oleh penulis di bangku kuliah. Dari kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan penulis selama melaksanakan job training di KPH Bandung Selatan Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten, penulis mengelompokan kegiatan-kegiatan tersebut di atas dalam enam kegiatan umum, yaitu Media Content Analysis, Corporate Social Responsibility, penulis Public Relations, dan Hubungan Internal.
4.2.3        Analisa tentang Aktifitas Humas yang dilakukan selama PKL
Dalam upaya  mencapai target dan sasaran dari visi dan misi yang diterapkan, diperlukan adanya kegiatan-kegiatan yang terstruktur dan terprogram, sehingga dengan upaya-upaya tersebut diharapkan mampu meningkatkan efektifitas-efisiensi sumber daya secara optimal. Kegiatan yang dimaksud adalah rangkaian aktifitas pelayanan dan perkembangan mayarakat yang tersusun dalam perencanaan program kegiatan selama satu tahun.
4.2.4        Analisa Pelayanan Humas Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Bandung SelatanPerum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten  kepada Mahasiswa PKL / Job Training
Ketika penulis memilih untuk melakukan Job Training di Peum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten, Dan di Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Bandung Selatan, penulis diterima dengan baik oleh pihak humas. Setelah peneliti diterima PKL di Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten penulis diberi tugas tentunya dibimbing dahulu agar tugas yang dikerjakan bisa dilaksanakan dengan baik.
Ada banyak kegiatan internal dan eksternal yang dilakukan oleh humas Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten yang melibatkan atau mengikut sertakan kami sebagai mahasiswa PKL disana. 

BAB V
PENUTUP

            Pada bab ini menjelaskan tentang kesimpulan hasil kegiatan dan pembuatan laporan job training serta saran.
5.1.Kesimpulan
Dengan kegiatan job training ini penulis dapat menyimpulkan :
1.      Bahwa sebuah teori yang telah didapatkan di perkuliahan akan sangat bermanfaat dan lebih paham apabila langsung dipraktekan di lapangan.
2.      Kegiatan kehumasan yang dilakukan penulis saat job training merupakan bekal utama penulis dalam memahami fungsi kehumasan dalam sebuah perusahaan, serta menjadikan sebuah pengalaman yang sangat berharga bagi penulis sebagai modal awal untuk masuk dunia kerja setlah lulus.
3.      Pulic Relations /humas berperan penting dalam suatu perusahaan sebagai mediator atau jembatan antara perusahaan dengan publiknya, sehingga terbentuklah sebuag hubungan yang harmonis antara keduanya.
4.      Dalam pembentukan citra perusahaan (brand image), humas sangat berpengaruh sebagai Penerangan (information) atau penyebaran keterangan (berita) sehingga mempunyai tujuan untuk memberikan perilaku dan kejelasan kepada pubik Bagaimanapun juga perilaku seseorang atau masyarakat akan terkena pada saat mendapatkan penerangan baru, jadi dapat dikatakan bahwa penerangan merupakan komunikasi yang disengaja (purposeful communication) dan penerangan dapat mempengaruhi perilaku baik individu maupun masyarakat. Sebagai fungsi humas yang ideal yang telah diterapkan oleh KPH Bandung Selatan Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten
5.      Pola komunikasi yang dilakukan oleh humas KPH Bandung Selatan Perum Perhutnai Unit III Jawa Barat dan Banten adalah pola komunikasi interaksional yaitu komunikasi ynag berlangsung dua arah: dari pengirim kepada penerima dan dari penerima kepada pengirim. yakni informasi yang disampaikan oleh perusahaan kepada publiknya dan publik pun memberikan informasi kepada perusahaan sebagai efek (feed back) dari informasi yang telah disampaikan oleh perusahaan kepada publiknya.
6.      Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Bnten mempunyai staf humas yang berpengalaman dan memiliki kemampuan tinggi yang membantu untuk mencari solusi dalam menyelesaikan masalah dengan publiknya (public relationship). Hal ini juga diperlukan suatu tim yang sangat berperan untuk membantu kegiatan humas di Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten.
5.2. Saran
Dalam dunia kerja yang sebernarnya dibutuhkan mental dan pengetahuan yang mendasar sebagai acuan dasar dalam melakukan pekerjaan, sehingga akan menghasilkan sebuah kinerja  yang efekif dan efisien.
Disarankan kepada seluruh mahasiswa yang akan melakukan Job training harus lebih memahami teori-teori yang didapatkan saat perkuliah. Hal ini akan menunjang mahasiswa dalam pelaksanaan JobTraining.


DAFTAR PUSTAKA

Mulyana, Deddy, 2005, Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, Bandung, Remaja Rosdakarya.
Effendy, Onong, 1994, Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek, Bandung, Remaja Rosdakarya.
Fisher, Aubrey, 1986, Teori-teori Komunikasi (penyunting: Jalaludin Rakmat), Bandung: Remaja Karya
www.perumperhutani.com