HUBUNGAN
KEGIATAN HUMAN RELATIONS TERHADAP
ETOS KERJA KARYAWAN DI PT CEMARA AGUNG
Studi Korelasional Terhadap Etos
Kerja Karyawan PT Cemara Agung
Jalan Raya Cicalengka KM 13
A. Latar Belakang Masalah
Dewasa ini, hampir
semua perusahaan atau organisasi baik dalam bidang perdagangan atau jasa bahkan
dalam lembaga pemerintahan memerlukan sebuah perjuangan yang keras untuk dapat
mencapai tujuan dari perusahaan atau lembaga itu sendiri. Tujuan dari
perusahaan atau lembaga itu sendiri adalah pencapaian profit yang menguntungkan
atau peningkatan produktifitas dan kinerja para pegawai yang terlibat di
dalamnya. Hal ini akan tercapai apabila aktifitas dari para pegawai ada indikator
menuju hubungan kerja yang harmonis sehingga terjadilah kepuasan kerja dari
para pegawai yang disertai dengan etos kerja.
Dalam pengelolaan
sebuah organisasi atau perusahaan tidaklah mudah, sehingga dianggap perlu
pengelolaan yang berorientasi kepada kepentingan para pegawai atau karyawan
didalamnya. Kepentingan dari orang-orang yang ada di dalam perusahaan tersebut
adalah kepuasan dalam melakukan perkerjaan. Kepuasanaan kerja ini lah dapat
didorong dengan adanya sebuah hubungan yang harmonis antara pimpinan, manajer
dan karyawan. Kepuasan kerja dari para pegawai atau karyawan yakni kepuasan
ekonomi, psokologi dan kepuasan sosial.
Seperti telah
dijelaskan diatas bahwa hubungan manusiawi dapat mengintegrasikan orang-orang
ke dalam suasana atau situasi kerja. Situasi kerja ini berfungsi untuk terus
mengembangkan hasil yang lebih produktif dan memuaskan. Kemudian langkah
selanjutnya untuk merangsang para pegawai agar mendapatkan kepuasan dalam kerja
tersebut adalah aktivitas human relations.
Dengan kegiatan human relations ini
para pegawai khususnya para pemimpin dapat memecahkan segala masalah yang
berkaitan dengan situasi kerja serta masalah yang menimpa para karyawannya
secara individu, sehingga dengan demikian mereka dapat digairahkan ke arah yang
lebih produktif. ( Onong Uchjana: 1993 )
Hubungan antar manusia
( human relations ) erat kaitannya
dengan hubungan antarpersona. Hubungan antapersona ini dilakukan guna untuk
memenjauhkan diri kita dari rasa keterasingan. Hubungan yang paling intim yang
kita miliki dengan orang lain seperti teman kerja, atau teman sebaya ditempat
kerja cenderung bisa lebih memperhatikan diri kita dibandingkan dengan orang
lain. Dengan merekalah kita akan memperoleh sebuah hubungan yang paling
memuaskan. Bahkan ketika kepuasan dalam suatu hubungan ini akan meningkatkan
produktivitas para pekerja. Manfaat lainnya dalam hubungan antarpersona dalam
suatu perusahaan atau lembaga adalah aspek positif dalam perilaku yang
ditonjolkan oleh setiap karyawan. Aspek positif ini adalah timbulnya kepuasan
kerja serta etos kerja dalam setiap karyawan.
Proses komunikasi serta
interaksi yang dilakukan oleh para pegawai baik atasan atau bawahan bahkan
interaksi antara bawahan dengan bawahan idealnya menjadi pusat perhatian para
pengambil keputusan (pimpinan) perusahaan atau lembaga itu sendiri. Dalam
proses komunikasi yang dilakukan oleh para pegawai tersebut yaitu komunikasi
antar pribadi yang bersifat persuasif.
Komunikasi antarpribadi
ini cenderung lebih informal karena dalam penyampaian pesan, ide serta
gagasannya tidak terdapat aturan yang mengikat serta tidak terikat oleh waktu,
baik pada saat jam kerja atau diluar jam kerja, sehingga adanya indikasi
hubungan yang lebih intim. Hubungan yang intim ini menciptakan hubungan seperti
teman seperjuangan, teman baik, atau rekan kerja. Hal ini akan menjadi sebuah
kekuatan dalam rangka menumbuhkan motivasi dalam peningkatan produktifitas para
pegawai itu sendiri. Maka setidaknya dalam komunikasi antar pribadi ini mengahasilkan
hubungan antar pribadi yang lebih dekat lagi dan terbuka.
Seperti yang telah
dibahas di awal suatu hubungan yang harmonis di dalam situasi kerja akan timbul
kepuasan serta rasa bahagia para karyawan. Karena dalam melaksanakan human relations seorang pemimpin atau
manajer melakukan komunikasi dengan para karyawannya secara manusiawi untuk
menggiatkan mereka agar bekerja bersama-sama, sehingga hasilnya memuaskan di
samping mereka bekerja dengan hati puas (Onong Uchyana 1993:52). Selain
kepuasan yang ditimbulkan oleh hubungan yang harmonis dalam situasi kerja, etos
kerja pun menjadi sangat berpengaruh ketika melaksanakan kegiatan human relations.
Tasmara ( 2002 )
mengatakan bahwa etos kerja merupakan suatu totalitas kepribadian dari individu
serta cara individu mengekspresikan, memandang, meyakini dan memberikan makna
terhadap suatu yang mendorong individu untuk bertindak dan meraih hasil yang
optimal ( high performance ).
Secara definisi diatas
etos kerja dapat diartikan sebagai sikap dari setiap individu terhadap hasil
kerja, serta menjadi sebuah hasil evaluatif tersendiri bagi para karyawan terhadap
totalitasnya dalam bekerja. Karyawan yang memiliki sikap perjuangan, pengabdian,
disiplin, dan kemampuan profesional sangat mungkin mempunyai prestasi kerja
dalam melaksanakan tugas sehingga lebih berdaya guna. Karyawan yang profesional
dapat diartikan sebagai sebuah pandangan untuk selalu perpikir, kerja keras, bekerja
sepenuh waktu, disiplin, jujur, loyalitas tinggi, dan penuh dedikasi demi untuk
keberhasilan pekerjaannya.
Kondisi dari sikap
individu para pegawai diatas menggambarkan bahwa etos kerja yang positif dari
para karyawan akan menghasilkan kinerja yang maksimal, yang sesuai dengan
tujuan dari perusahaaan atau organisasi tersebut. Etos kerja ini dapat
terbentuk apabila seorang karyawan memiliki keinginan untuk dapat melakukan
suatu pekerjaan dengan hasil yang memuaskan atau hasil yang maksimal. Etos
kerja ini harus dimiliki oleh setiap karyawan dalam melaksanakan pekerjaannya
agar mereka dapat bekerja dengan baik dan efektif. Apabila pada suatu
perusahaan atau organisasi maupun instansi karyawan memiliki etos kerja yang
rendah ketika melakukan pekerjaannya maka perusahaan itu mengalami kerugian
yang disebabkan karena karyawan tidak bekerja dengan seluruh kemampuan yang
dimilikinya. Sebaliknya dengan etos kerja yang tinggi dapat membantu
meningkatkan produktifitas kerja karyawan dan memberikan hasil kerja yang
optimal baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Dengan hasil yang maksimal
dari etos kerja ini secara langsung dapat mempengaruhi kinerja karyawan dalam
melaksanakan pekerjaan mereka selanjutnya ( Widi Ega, 2010 ).
Adapun beberapa faktor
yang dapat mempengaruhi terbentuknya etos kerja antara lain adalah hubungan
yang terjalin dengan baik antar karyawan ( human relations ), situasi
dan kondisi fisik dari lingkungan kerja itu sendiri, keamanan dan keselamatan
kerja yang baik bagi karyawan, keadaan sosial lingkungan kerja, perhatian pada
kebutuhan rohani, jasmani maupun harga diri di lingkungan kerja, faktor
kepemimpinan, pemberian insentif yang menyenangkan bagi karyawan (Sinamo, 2005)
. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan beberapa faktor yang mempengaruhi
terhadap etos kerja karyawan yaitu salah satunya dengan human relations.
Berdasarkan hasil dari perolehan
data yang dilakukan di PT. Cemara Agung, pabrik ini mempunyai 472 karyawan, baik karyawan tetap, harian lepas,
dan karyawan kontrak. Jumlah tersebut meningkat yang asalnya pada bulan juli
2011 hanya berjumlah 455 orang ( Data Bagian Personalia ). Dari data karyawan
tersebut di atas saya mencoba melihat data karyawan yang mempunyai masalah
dalam pekerjaannya. Yaitu para karyawan yang mendapatakan surat peringatan ( SP
) atau mendapatkan teguran. Adapun pelangaran atau masalah yang dilakukan
karyawan tersebut adalah masalah kedisiplinan, kelalalian bekerja, dan lalai
dalam mengerjakan tugas.
Pada bulan februari
2012 terdapat 45 orang karyawan yang mendapatkan surat peringatan. Dari 45
orang karyawan itu diantaranya ada yang mendapatkan SP I yang berjumlah 24
orang, SP II berjumlah 15 orang dan SP III berjumlah 5 orang. Pada bulan maret
2012 karyawan yang bermasalah bertambah menjadi 52 orang. Sehingga dalam
permasalahan tentang pelanggaran yang dilakukan oleh para karyawan di PT Cemara
Agung itu, menjadi sebuah dorongan bagi peneliti untuk meneliti tentang
pengaruh human relations terhadap
etos kerja karyawan di PT Cemara Agung. Hal ini disebabkan karena dalam kurun
waktu 1 bulan jumlah karyawan yang melakukan pelanggaran bertambah sebanyak 7
orang.
Maka dari latar
belakang masalah ini peneliti memutuskan untuk melakukan penelitian yang
berjudul : ”Hubungan Kegiatan Human
Relations terhadap Etos Kerja Karyawan di PT. Cemara Agung”.
B.
Perumusan
Masalah
Berdasarkan latar
belakang masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, peneliti berusaha
merumuskan permasalahan dalam ”Hubungan kegiatan Human Relations terhadap Etos Kerja Karyawan di PT. Cemara Agung”. Selanjutnya,
peneliti menarik beberapa permasalahan dalam penelitian ini dalam beberapa
pertanyaan sebagai berikut :
1.
Bagaimana hubungan kegiatan human relations terhadap etos kerja
karyawan ?
2.
Apakah terdapat hubungan antara hubungan
interpersonal karyawan terhadap peningkatan etos kerja karyawan?
3.
Bagaimana hubungan kegiatan konseling antara
personalia dengan karyawan terhadap etos kerja karyawan ?
4.
Bagaimana hubungan diskusi kelompok dalam
divisi kerja terhadap etos kerja karyawan di PT Cemara Agung?
C.
Tujuan
Penelitian
Penelitian ini bertujuan
untuk :
1.
Mengetahui hubungan kegiatan human relations terhadap etos kerja
karyawan ?
2.
Mengetahui hubungan antara hubungan
interpersonal karyawan terhadap peningkatan etos kerja karyawan?
3.
Mengetahui hubungan kegiatan konseling
antara personalia dengan karyawan terhadap etos kerja karyawan ?
4.
Mengetahui hubungan diskusi kelompok
dalam divisi kerja terhadap etos kerja karyawan di PT Cemara Agung?
D.
Kegunaan
Penelitian
1.
Bagi perusahaan. Penelitian ini
diharapakan bisa menjadi masukan bagi PT. Cemara Agung sebagai sembangan
pemikiran dan sebagai bahan pertimbangan perusahaan dalam mengatasi
permasalahan mengenai human relation
( Hubungan antar manusia ) dan etos kerja karyawan untuk meningkatkan
produktifitas perusahaan.
2.
Bagi peneliti. Penelitian ini dapat
menambah khasanah keilmuan tentang peran dan fungsi public relations dalam hubungan internal mengenai human relation yang terjadi di dalam
sebuah perusahaan untuk meningkatkan etos kerja karyawan. Dan dapat mengetahui
tentang kenyataan yang terjadi dilapangan, sehingga dapat dihubungkan dengan
teori-teori yang telah didapatkan untuk merumuskan alternatif pemecahan
masalah.
3.
Bagi akademis. Penelitian ini diharapkan
dapat memperkaya pengetahuan tentang penelitian yang dilakukan oleh public relations dalam menumbuhkan citra
perusahaan pada publik internal di suatu perusahaan. Serta dapat berguna
sebagai bahan referensi dalam penelitian di masa yang akan datang, khusunya
bagi mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi bidang Hubungan Masyarakat Fakultas
Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Gunung Djati Bandung
E.
Kerangka
Pemikiran
1. Kerangka Teori
Sesuai dengan tujuan
penelitian yang telah dikemukakan diatas yaitu untuk mengetahui pengaruh human relation terhadap etos kerja
karyawan di PT Cemara Agung, maka teori yang dipergunakan peneliti dalam
penelitian ini adalah
a.
Model
komunikasi Westley dan Maclean
Model komunikasi
Westley dan Maclean berkembang pada tahun 1957 yakni perumusan suatu model
komunikasi yang mencakup komunikasi interpersonal dan komunikasi massa, dan
memasukan umpan balik sebagai bagian integral dari proses komunikasi. Namun
disini peneliti menyampaikan perumusan model komunikasi interpersonalnya saja.
Karena untuk menyelaraskan dengan proses terjadinya hubungan antarpersonal.
Dalam model komunikasi
westley dan Maclean, menjelaskan bahwa umpan balik dalam komunikasi
interpersonal bersifat segera, dalam arti bahwa sumber dalam komunikasi
antarpersonal dapat merasakan langsung manfaat umpan balik dari penerima.
Manfaatnya yaitu dapat mengetahui apakah pesannya mencapai sasaran dan sesuai
dengan tujuan komunikasinya atau tidak. Umpan balik ini dinamakan sebagai umpan
balik seketika.
Ada
lima unsur yang tedapat dalam model komunikasi ini yaitu : objek orientasi,
pesan, sumber, penerima, dan umpan balik. Objek orieantasi ini digambarkan oleh
Westley dan MacLean adalah jumlah peristiwa, gagasan, objek, dan orang yang
tidak terbatas.
Gambar
1.1. Model Westley dan MacLean
Sumber
: Michael Burgoon. Approaching
Speech/Communication. New York: Holt, Rinhart &Winston, 1974, hlm. 14.
Dalam buku karangan Deddy Mulyana. Ilmu Komunikasi
Suatu Pengantar. Bandung :2001, hlm 145
Dalam
gambar 1.1 dijelaskan bahwa sumber A menyoroti suatu objek (X1), peristiwa
(X2), dalam lingkungannya (X3) dan menciptakan pesan mengenai suatu hal (X’)
yang ira kirimkan kepada penerima (B). Pada gilirannya penerima pengirimkan
umpan balik (fBA) mengenai pesan kepada sumber. Pada model komunikasi ini
membedakan pesan menjadi dua yaitu :
1)
Pesan yang bertujuan (purposif)
Pesan
yang bertujuan (purposive) ini adalah pesan yang disampaikan oleh sumber untuk
mengubah citra penerima mengenai sesuatu dalam lingkungannya. Sebagai contoh
ketika seorang karyawan datang kepada teman sesama karyawannya dan menyampaikan
pesan mengenai pekerjaannya yang bermasalah, sehingga karyawan tersebut diberi
surat peringakat.
2)
Pesan yang tidak bertujuan (nonpurposif)
Pesan yang tidak
bertujuan (nonpurposif) ini adalah pesan yang dikirimkan sumber kepada penerima
secara langsung namun tidak dimaksudkan untuk mempengaruhi penerima. Sebagai
contoh bila seorang manajer mendengar komentar seorang karyawan kepada karyawan
lain mengenai pekerjaannya yang bermasalah.
Dari kedua pesan diatas
sebenarnya merupakan objek orientasi dalam lingkungan yang menimpa sang
penerima. Sehingga penerima juga menyoroti suatu objek (X1) seperti yang
digambarkan pada Gambar 1.1 pada saat pesan yang dikirimkan oleh sumber kepada
penerima.
Model komunikasi diatas
dijadikan sebagai pemikiran awal peneliti dalam mengembangkan konsep dasar yang
terjadi pada kegiatan human relation.
Karena sebagaimana telah dijelasakan oleh Onong Uchjana human relation merupakan suatu kegiatan komunikasi interpersonal
yang bersifat persuasif.
b.
Model
Komunikasi Tubbs
Model
komunikasi Tubbs ini dikembangkan oleh Stewart L. Tubbs. Model ini
menggambarkan komunikasi paling mendasar, yaitu komunikasi dua-orang (diadik).
Asumsi dasar dari model komunikasi ini adalah konsep komunikasi sebagai
transaksi dimana kedua peserta komunikasi ini sebagai pengirim pesan sekaligus
penerima pesan. Model komunikasi ini juga peserta komunikasinya disebut
komunikator 1 dan komunikator 2, komunikator 1 berinisiatif sebagai orang
pertama yang mengirimkan pesan dan komunikator 2 menjadi orang yang pertama
menerima pesan. Akan tetapi dalam kenyataanya para peserta komunikasi tersebut
mengirim dan menerima pesan sepanjang waktu.
Gambar 1.2.
Model Tubbs
Sumber: Streart
L. Tubbs dan Sylvia Moss. Human Communication. Edisi ke-7. New York:
McGraw-Hill, 1994, hlm 7. Dalam buku karangan Deddy Mulyana. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung
:2001, hlm 145
Dari gambar di atas masukan
yang diperoleh dari para peserta komunikasi tersebut berupa rangsangan yang
terus menerus dan berasal dari dalam atau dari luar para peserta komunikasinya,
yang sudah berlalu ataupun yang sedang berlangsung, juga pengetahuan mengenai
dunia fisik dan sosial yang diperoleh lewat indera mereka. Sedangkan saluran
dalam model komunikasi ini adalah alat indera terutama pendengaran, penglihatan
dan perabaan.
Pesan dalam model
komunikasi Tubbs ini berupa pesan verbal atau nonverbal, bisa disengaja ataupun
tidak disengaja. Gangguan dalam model komunikasi ini adalah gangguan teknis
berupa gangguan yang menyebabkan informasi yang disampaikan menjadi berubah,
misalnya kegaduhan. Selain gangguan teknis dalam gangguan dalam model ini bisa
berupa gangguan semantic yaitu gangguan yang menyebabkan perbedaan dalam
pemberian makna atas lambang yang disampaikan.
Dari kedua model
komunikasi di atas dapat dijadikan sebagai rujukan teori mengenai kegiatan human relation. Sebagaimana telah
dijelaskan di latar belakang bahwa human
relation merupakan kegiatan komunikasi interpersonal yang bersifat
persuasif secara manusiawi. Dalam model komunikasi Tubbs bisa digunakan sebagai
dasar dalam melakukan komunikasi interpersonal, seperti yang telah dijelaskan
Onong Uchjana bahwa komunikasi yang berlangsung dalam kegiatan human relation adalah komunikasi
antarpersona. Karena komunikasi ini bersifat dialogis, maka prosesnya
berlangsung secara timbal balik. Hal ini berarti komunikator mengetahui umpan
baliknya seketika itu.
2. Kerangka Konsep
Human
relations dalam arti sempit adalah komunikasi persuasif yang
dilakukan oleh seseorang kepada orang lain secara tatap muka dalam situasi
kerja (work situation) dan dalam
organisasi kekaryaan (work organization).
Namun dalam human relations bukan hanya sebagai suatu hubungan akan tetapi action oriented. Suatu kegiatan untuk
mengembangkan hasil yang lebih produktif dan memuaskan.
a.
Human Relations Sebagai Kegiatan Komunikasi
Human
relations perlu diadakan guna untuk mengurangi kesalahpahaman
dalam komunikasi serta dalam interpretasinya, serta menggugah kegairahan dalam
bekerja, sehingga menimbulkan kerjasama yang lebih produktif dengan perasaan
bahagia dan puas hati (Onong Uchjana, 1993:75)
Kegiatan komunikasi
yang sering dilakukan dalam human
relations adalah komunikasi interpersonal, karena komunikasi dalam bentuk
ini bersifat dialogis, maka prosesnya berlangsung secara timbal balik, kita
akan mengetahui dan memahami frame of
reference komunikan secara menyeluruh dan bidang pengalaman (field experience) . Itu sebabnya kenapa
tidak memakai komunikasi kelompok atau komunikasi media dalam kegiatan human relations.
b.
Konseling
Tujuan konseling adalah
suatu usaha untuk menimbulkan suasana keberanian untuk memecahkan masalah,
masalah yang terjadi pada karyawan. Manajer berperan penting dalam memberikan
dorongan dan usaha kepada karyawan untuk memecahkan masalah, sehingga karyawan mengerti
tentang permasalah yang sedang menimpa dirinya. ada dua jenis konseling yang
dilakukan dalam kegiatan human relations
yaitu :
a)
Konseling terarah
Manajer sebagai konselor maka
melakukan pendekatan kepada karyawan yang sedang bermasalah, kemudian konseler
menganalisi apa yang melatarbelakangi terjadi masalah, setelah itu konseler
memberikan masukan kepada karyawan tentang pemecaha masalah yang harus
dilakukan karyawan tersebut.
b)
Konseling tak terarah
Konselor berusaha agar konseli
mencari jalan keluar sendiri dari segala masalah yang diderita konseling.
Tujuan dari konseling tak terarah ini adalah
·
Memperoleh keringanan dari penderitaan.
·
Melokalisasikan dan memecahkan masalah
·
Memperbaiki cara penyelesaian masalah
c.
Diskusi
Kelompok
Diskusi kelompok
dijadikan sebagai solusi dalam pemecahan masalah dan mengembangkan kegairahan
kerja para karyawan. Diskusi ini bersifat tidakresmi sehingga akan menimbulkan
suasa bebas dalam diskusi kelompok. Kecenderungan yang terjadi pada diskusi
kelompok ini adalah orang-orang yang terlibat didalam diskusi tersebut saling
memberikan masukan terhadap masalah-masalah yang terjadi didalam situasi kerja.
d.
Etos
Kerja
Etos
kerja adalah totalitas kepribadiaan diri individu serta cara individu
mengekspresikan, memandang, meyakini suatu pekerjaan sehingga menjadi suatu
kebiasaan yang menjadi ciri khas untuk bertindak dan meraih hasil kerja yang
optimal.
Menurut Tasmara (
2002 ), etos kerja karyawan dapat diukur melalui beberapa indikator yaitu
antara lain sebagai berikut:
a)
Menghargai waktu
Individu
yang mempunyai etos kerja tinggi memandang waktu sebagai sesuatu yang sangat
bermakna dan sebagai wadah produktifitasnya.
b)
Tangguh dan pantang menyerah
Individu
yang mempunyai etos kerja yang tinggi cenderung suka bekerja keras, ulet dan
pantang menyerah dalam menghadapi setiap tantangan atau tekanan (pressure).
c)
Keinginan untuk mandiri
Individu
yang mempunyai etos kerja tinggi selalu berusaha mengaktualisasikan seluruh
kemampuannya dan berusaha memperoleh hasil dari usahanya sendiri.
d)
Penyesuaian
Individu
dengan etos kerja tinggi cenderung dapat menyesuaikan diri dengan baik dalam
lingkungan kerja, rekan kerja maupun dengan atasan atau bawahan.
Menurut Jansen Sinamo menyajikan delapan
etos kerja professional dengan ciri-ciri sebagai berikut:
1.
Kerja adalah Rahmat
Yakni
bekerja harus penuh dengan rasa syukur
2.
Kerja adalah Amanah
Bekerja
harus dengan benar dan penuh integritas
3.
Kerja adalah Panggilan
Bekerja
haurs dengan penuh rasa tanggung jawab yang tinggi
4.
Kerja adalah Aktualisasi
Bekerja
dengan penuh semangat dan motivasi yang tinggi
5.
Kerja adalah Ibadah
Keseriusan
dalam bekerja serta menjadi sebuah pengabdian
6.
Kerja adalah Seni
Bekerja
kreatif penuh inovasi dan dengan rasa gembira
7.
Kerja adalah Kehormatan
Bekerja
harus peneuh dengan ketekunan
8.
Kerja adalah Pelayanan
Bekerja
setulus hati dan dengan kerendahan diri
3. Kerangka Operasional
Inti penelitian ini
adalah mengetahui hubungan antara dua variable, kedua variable tersebut terdiri
dari variable independen (X) dan variable terikat (Y).
Dibawah ini merupakan
kerangka operasional mengenai variable dalam penelitian “pengaruh human relations terhadap etos kerja
karyawan di PT Cemara Agung”.
Variabel
|
Sub Variabel
|
Indikator
|
(X) Human Relations
|
Hubungan interpersonal
|
· Kerukunan
antar sesama karyawan
· Menyampaikan
informasi yang mudah dimengerti
· Menghormati
perbedaan
· selalu
menjaga hubungan yang baik antar karyawan
|
Konseling
|
· Berkonsultasi
tentang masalah yang terjadi
· Keinginan
untuk menyelesaikan masalah
|
|
Diskusi Kelompok
|
· Berpartisipasi
dalam setiap kegiatan diskusi
· Mengutarakan
pendapat, ide, usulan tentang topic pembahasan
|
|
(Y) Etos Kerja Karyawan
|
· Disiplin
dalam berkerja
· Menghargai
waktu
· Bertanggung
jawab terhadap tugas
· Bekerja
keras dalam menjalani pekerjaan
· Menyesuaikan
diri
|
F.
Hipotesis
Penelitian
Hipotesis dalam
penelitian ini adalah
Hipotesis mayor :
Ho :
Tidak terdapat hubungan yang signifikan dalam kegiatan human relations terhadap etos kerja karyawan di PT Cemara Agung.
Ha :
Terdapat hubungan yang signifikan dalam kegiatan human relations terhadap etos kerja karyawan di PT Cemara Agung.
Hipotesis
minor :
1.
Ho :
Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara hubungan interpersonal terhadap
etos kerja karyawan di PT Cemara Agung.
Ha : Terdapat hubungan yang signifikan
antara hubungan interpersonal terhadap etos kerja karyawan di PT Cemara Agung.
2.
Ho :
Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kegiatan konseling antara
karyawan dengan personalia terhadap etos kerja karyawan di PT Cemara Agung.
Ha : Terdapat hubungan yang signifikan
antara kegiatan konseling antara karyawan dengan personalia terhadap etos kerja
karyawan di PT Cemara Agung.
3.
Ho :
Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara diskusi kelompok dalam divisi
kerja terhadap etos kerja karyawan di PT Cemara Agung.
Ha : Terdapat hubungan yang signifikan
antara diskusi kelompok dalam divisi kerja terhadap etos kerja karyawan di PT
Cemara Agung.
G.
Langkah-langkah
Penelitian
1.
Lokasi
Penelitian
Penelitan
ini akan dilakukan di PT. Cemara Agung Jalan Raya Cicalengka KM 13 Kecamatan
Cicalengka Kabupaten Bandung. Fokus penelitian ini adalah para karyawan yang
bekerja di PT Cemara Agung.
2.
Metode
Penelitian
Metode penelitian yang
dipergunakan dalam penelitian ini adalah penelitian korelasioanal. Menurut
Yatim Riyanto (1996: 27), penelitian korelasional adalah penelitian yang akan
melihat hubungan antara variabel atau beberapa variabel dengan variabel lain. Variabel
yang digunakan untuk memprediksi disebut variabel predictor atau variabel
independen (bebas) sedangkan variable yang diprediksi disebut variable criteria
atau variabel dependen (terikat).
Karakteristik
penelitian korelasioanal ini adalah
a.
Menghubungakan dua variabel atau lebih.
b.
Besarnya hubungan didasakan pada
koefisien korelasi.
c.
Dalam melihat hubungan tidak dilakukan
manipulasi sebagaiman dalam penelitian eksperimental.
d.
Datanya bersifat kuantitatif.
3.
Populasi
dan Sampel
Populasi adalah kumpulan
dari nilai-nilai pengukuran tentang suatu sifat yang akan dipelajari, atau
total nilai yang mungkin, hasil penghitungan atau pengukuran, kuantitatif atau
kualitatif, dari karakteristik tertentu mengenai sekumpulan objek (Dede
Mahmiludin: Modul Statistika Sosial :2010). Populasi yang jumlahnya pasti
disebut dengan populasi finit contoh
jumlah karyawan pada suatu pabrik. Ukurannya dilambnagkan dengan huruf “N”
Populasi dalam
penelitian ini adalah jumlah keseluruhan karyawan yang bekerja di PT Cemara
Agung dan harus mempunyai hubungan dengan tujuan dari penelitian ini yaitu
mengetahui pengaruh human relations
terhadap etos kerja karyawan di PT Cemara Agung. Jumlah populasi karyawan yang
bekerja di PT Cemara Agung pada bulan Maret 2012 adalah 472 orang.
Sampel adalah bagian
dari populasi yang menjadi objek penelitian, ukurannya dilambangkan dengan
huruf “n”. Ada beberapa teknik pengumpulan sampel yaitu teknik probability sampling (random sampling)
dan Nonprobability sampling (nonrandom
sampling). Teknik sampling ini sebagai upaya peneliti untuk mendapatkan jumlah
sampel yang representative (dapat
mewakili dan menggambarkan populasi)
Adapun teknik sampling
yang digunakan adalah probability
sampling, yaitu teknik sampling yang memberikan peluang yang sama bagi
setiap unsur untuk dijadikan sampel penelitian, sampel penelitian ini diambil
teknik sampling sederhana (Riduwan, 2012:12)
Untuk menentukan ukuran
sampel dari sejumlah populasi ditentukan rumusnya menurut Taro Yamane dalam
jalaludin Rakhmat (1998:82) sebagai berikut :
n = N1
N1d2 + 1
Keterangan
n :
Sampel
N1 :
Populasi
d2 :
Kemungkinan kesalahan sampel 5%
n =
472
472.0,052 + 1
n =
472
472.0,0025 + 1
n =
472
n = 19.186 = 20
Jadi jumlah sampel yang diteliti adalah
20 orang
4.
Teknik
Pengumpulan Data / Metode dan Instrumen Penelitian
Penelitian, disamping
perlu menggunakan metode yang memadai, juga perlu alat dan teknik pengumpulan data yang relevan. Dengan teknik
pengumpulan data yang tepat maka semakin objektif suatu penelitian.
1)
Teknik Komunikasi
Teknik komunikasi
adalah cara mengumpulkan data dengan melalui kontak atau hubungan pribadi antara
pengumpul data dengan sumber data. Ada dua cara dalam pelaksanaan teknik ini
yaitu :
a.
Wawancara / Interview
Wawancara
adalah teknik pengumpulan data dengan mengumpulkan informasi dengan cara
mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara lisan pula.
Wawancara ini bisa disebut juga dengan teknik komunikasi secara langsung.
Wawancara ditujukan kepada responden penelitian yaitu karyawan PT. Cemara
Agung.
b.
Keusioner
Kuesioner
adalah suatu alat pengumpul data dan informasi dengan cara menyampaikan
sejumlah pertanyaan tertulis untuk dijawab secara tertulis pula oleh responden.
kuesioner ini disebut teknik komunikasi secara tidak langsung. Klasifikasi
kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner tertutup.
kuesioner tertutup ini peneliti menyediakan pertanyaan atau pernayataan sekaligus
memberikan sejumlah kemungkinan jawaban kepada responden.
c.
Skala Likert
Skla
likert adalah skala yang digunakan secara luas untuk meminta responden menandai
drajat persetujuan atau ketidaksetujuan terhadap masing-masing dari serangkai
pernyataan mengenai objek stimulus (Naresh, 2005:298)
Sangat Setuju
skornya 5. Setuju skornya 4. Ragu skornya 3. Tidak Setuju skornya 2. Sangat
Tidak Setuju skornya 1.
Dari teknik komunikasi
baik secara langsung atau tidak langsung tidak sepenuhnya memuaskan, maka perlu
teknik pengumpulan data yang lainnya agar data yang diperoleh mempunyai
validitas dan reliabilitas yang memadai.
2)
Teknik Observasi
Teknik observasi ini
adalah sebagai alat pengumpul data mengenai pengamatan langsung dan tidak
langsung mengenai perilaku dan makna perilaku dari para responden. Jenis
observasi yang digunakan peneliti dalam penelitian kali ini adalah observasi
nonpartisipan yaitu observer tidak ikut dalam kehidupan orang yang diobservasi
dan secara terpisah berkedudukan selaku pengamat (Nurul Zuriah, 2005:176).
peneliti mengumpulakn informasi dan data dengan mengamati langsung dilapangan
yaitu di PT Cemara Agung.
3)
Teknik Dokumenter
Teknik ini adalah
mengumpulkan data melalui melalui arsip tertulis seperti data karyawan di PT
Cemara Agung, profil perusahaan dan struktur organisasi perusahaan.
5.
Teknik
Pengukuran Instrumen Penelitian
a.
Uji Validitas
Uji
validitas adalah untuk mengukur kesamaan antara data yang terkumpul dengan data
sesungguhnya yang terjadi pada objek yang diteliti. hasil penelitian yang
valaid bila terdapat persamaan anatar data yang terkumpul dengan data yang
terjadi pada objek.
Metode
yang digunakan untuk menguji validitas dilakukan dengan menggunakan rumus
korelasi spearman rank. dan nilai r
table pada a = 5%
·
Jika r hitung > r table maka item
item dan butir pertanyaan dinyatakan valid
·
Jika r hitung <r table maka item atau
butir pertanyaan tidak valid dan harus digugurkan dari kuesioner
b.
Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas adalah
untuk menguji sejauh mana alat yang menjadi pengukur bisa dipercaya dan
diandalkan. Reliabilitas ini akan menunjukan konsisten suatu alat pengukur di
dalam pengukuran gejala yang sama. untuk menguji reliabilitas ini dengan
menggunakan teknik Alpha Cronbach.
·
Jika r hitung > r tabel maka reliebel
·
Jika r hitung < r tabel maka tidek
reliebel
Uji validitas dan
reliabilitas ini menggunakan alat computer dengan program SPSS for windows release 12.0
6.
Analisis Data
Penelitian ini untuk
mengukur kontribusi variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat dengan
menggunakan nalisis regresi dan korelasi. dalam regresi dan korelasi
menggambarkan beberapa variable yang diduga saling mempengaruhi. persamaan yang
menggambarkan pengaruh antar variable dinyatakan dengan persamaan regresi.
Uji regresi ganda
adalah alat analisis peramalan nilai pengaruh hubungan variable terikat dengan
dua atau lebih variable bebas. Untuk membuktikan ada atau tidaknya hubungan
fungsional atau hubungan kausal antara dua variable bebas atau lebih.
Penghitungan regresi ganda dalam penelitian ini dihitung menggunakan program statistical Product and Service Solutions
(SPSS) versi 12.0
Y = a + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + e
Keterangan :
Y :
Variabel dependen yaitu etos kerja karyawan
X1 :
Faktor yang mempengaruhi
X2 :
Hubungan interpersonal karyawan
X3 :
Konseling
X4 :
Diskusi kelompok
a :
konstanta
β1 :
Koefisien regresi variable factor mempengaruhi
β2 :
Koefisien regresi variable hubungan interpersonal
β3 :
Koefisien regresi variable konseling
β4 :
Koefisien regresi variable diskusi kelompok
Data kuantitatif yang diolah kedalamskor
frekuensi melalui proses sebagai berikut :
1.
membuat kolom seperti : kolom item,
penrnyataan responden serta membuat frekuensi jawaban yang sudah diperoleh dari
responden
2.
Mencari nilai f (frekuensi) dengan jalan
menjumlahkan secara total dari setiap pernyataan responden.
3.
Mencari frrekuensi seluruhnya (n) dengan
menjumlahkan seluruh responden
4.
Setiap soal mempunyai lima alternative
jawaban yang dipilih salah satunya yaitu : SS,S,R,TS dan STS yang masing-masing
jawaban diberi skor sesuai skala likert. Poin masing-masing jawaban adalah SS :
2 S : 1 R : 0 TS : -1 STS : -2
5.
Untuk mencari prosentase masing-masing
jawaban digunakan rumus :
P
=f/n x 100%
Keterangan
: f = frekuensi
N = Jumlah keseluruhan responden
DAFTAR
PUSTAKA
Rakhmat, Jalaludin.
2008.Psiokologi Komunikasi. Bandung : PT.
Remaja Rosda Karya
1997.Metode Penelitian Komunikasi. Bandung :
PT Remaja Rosda Karya
Mulyana, Dedy.
2001.Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung : PT. Remaja Rosda Karya
Pace. R Wayne Dkk
1993.
Komunikasi Organisasi. Bandung : PT.
Remaja Rosda Karya
Silalahi Ulber
2002.
Pemahaman Praktis Asas-Asas Manajemen.
Bandung : Mandar Maju
Ardianto, Elvinaro dkk
2010.
Dasar-dasar Public Relations. Bandung
: PT Remaja Rosda Karya
Effendy, Onong Uchjana
1993.
Human Relations dan Public Relations. Bandung
: Mandar Maju
Riduwan
2010.Dasar-dasar Statistika. Bandung :
Alfabeta
Zuriah, Nurul
2005.
Metodologi Penelitian Sosial dan
Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara
Riyanto, Yatim
1996.
Metode Penelitian Pendidikan, Suatu Tinjauan Dasar. Surabaya : SIC
Rukmana, Widi Ega
2010. Skripsi
Analisis Pengaruh Human Relations Dan Kondisi Fisik Lingkungan Terhadap Etos
Kerja Dan Kinerja Karyawan Dedy Jaya Plaza Tegal. Semarang : Unversitas
Dipenogoro